Sawala Adat dan Budaya Sunda dari Sangiang Kabuyutan Limbangan Garut

Loading


Merayakan Warisan Budaya dengan Meriah
Oleh : Lukman Zen

Diselenggarakan oleh Yayasan Bhakti Asih Bumi Tangulun, acara Sawala Adat dan Budaya Sunda dari Sangiang Kabuyutan Limbangan yang didukung oleh GBSRI sebagai media partner, berlangsung dengan penuh kehangatan dan semangat pelestarian budaya Sunda. Acara ini diadakan selama tiga hari, dari Sabtu, 6 Juli hingga Senin, 8 Juli 2024, dengan lokasi utama di WISKUL (Wisata Kuliner) Puseur Wangi di Kp. Pasir Astana, Desa Pasirwaru Limbangan, dan Museum/Rumah Benda Budaya Bumi Tangulun di Kp. Cianten blok Tangulun, Desa Ciwangi Limbangan.

Pembukaan Acara

Acara dimulai dengan prosesi Rajah (Sanduk-sanduk) yang dilanjutkan dengan berbagai sambutan dari tokoh-tokoh penting, termasuk Bupati, Kepala Dinas Terkait, Kepala Desa, Lemtari, dan Keraton Sumedang Larang. Sambutan ini menegaskan pentingnya acara ini dalam melestarikan dan mempromosikan budaya lokal.

Prosesi Budaya

Prosesi budaya dimulai dengan Nabuh Goong Kabuyutan, yang diiringi oleh Bazar/Sajian Kuliner yang menyajikan berbagai makanan khas Sunda. Acara Murak Tumpeng dan Nyawer/Ngawur (berupa beras, kunyit/panglay, dll) membawa semangat kebersamaan dan keberkahan. Para pengunjung juga disuguhi dengan Layang Kadeudeuh, yaitu pemberian bibit umbi-umbian, padi, dan tanaman lainnya sebagai simbol harapan dan kelestarian. Selanjutnya, penampilan Menyanyikan Lagu Kawih Limbangan dan Pagelaran Seni seperti Jibrut, Capong, Pencak Silat, Gondang, dan Kacapi Suling menambah kemeriahan acara, memperlihatkan keindahan dan kekayaan seni tradisional Sunda.

Prosesi Ngadeg Museum Bumi Tangulun

Bagian penting dari acara ini adalah Prosesi Ngadeg Museum Bumi Tangulun yang dimulai dengan Kidung Pangjajap Rasa dan Ngalungsur Pusaka Indung. Dalam acara ini juga dipamerkan berbagai benda budaya dan batu akik buhun, yang menunjukkan kekayaan sejarah dan budaya masyarakat Sunda.

Napak Tilas dan Ziarah

Acara Napak Tilas/Ziarah Kubur Makam Keramat Limbangan menjadi momen refleksi dan penghormatan kepada leluhur. Diskusi Sawala Adat Budaya Sunda membahas tindak lanjut acara dalam konteks pelestarian benda budaya, serta keputusan penentuan lokasi dan anggaran selanjutnya.

Menyambut Tahun Baru Islam

Dalam rangka menyambut Tahun Baru Islam 1 Muharam 1445 H, diadakan prosesi Obor Limbangan dengan pawai 1.000 obor dan acara Membuka Naskah Kuno Manuskrip Limbangan yang menambah kekhidmatan dan keagungan acara.

 Pameran

Acara ini juga dimeriahkan dengan berbagai pameran, termasuk Pameran Benda Budaya, Pameran Batu Akik, dan Pameran Lukisan Online yang memberikan wawasan dan apresiasi lebih mendalam terhadap seni dan budaya lokal.

 

Kajian Keilmuan

  1. Keberlanjutan Budaya Lokal

Pentingnya pelestarian budaya lokal seperti yang dilakukan dalam acara ini dapat dikaitkan dengan teori keberlanjutan budaya dari John Tunbridge dan Gregory Ashworth dalam bukunya “Dissonant Heritage: The Management of the Past as a Resource in Conflict” (1996). Mereka menekankan bahwa pengelolaan warisan budaya harus melibatkan komunitas lokal dan mempromosikan partisipasi aktif untuk menjaga relevansi dan keberlanjutannya.

  1. Interaksi Sosial dalam Konteks Budaya

Teori interaksi simbolik dari Herbert Blumer dapat menjelaskan pentingnya interaksi antara pengunjung dan seniman dalam acara seperti ini. Interaksi yang intens dan akrab dapat meningkatkan pemahaman dan apresiasi terhadap seni dan budaya, serta membangun ikatan sosial yang kuat dalam komunitas.

  1. Pengaruh Ekonomi dari Kegiatan Budaya

Richard Florida dalam bukunya “The Rise of the Creative Class” (2002) menunjukkan bahwa kegiatan budaya dapat memberikan dampak ekonomi yang signifikan dengan menarik wisatawan, menciptakan lapangan kerja, dan mengembangkan ekonomi kreatif lokal. Acara seperti Sawala Adat dan Budaya Sunda dapat menjadi contoh konkret bagaimana seni dan budaya dapat mendukung pengembangan ekonomi lokal.

  1. Pendidikan dan Kesadaran Budaya

Henry Giroux dalam “Pedagogy and the Politics of Hope” (1997) menekankan bahwa pendidikan melalui seni dan budaya dapat membangkitkan kesadaran kritis dan memperkuat identitas budaya. Program edukatif dalam acara ini, seperti pameran dan diskusi, dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang pentingnya melestarikan warisan budaya.

Kesimpulan

Acara Sawala Adat dan Budaya Sunda dari Sangiang Kabuyutan Limbangan bukan hanya sekadar perayaan, tetapi juga upaya nyata dalam melestarikan dan mengembangkan budaya Sunda. Partisipasi berbagai elemen masyarakat, dari pemerintah hingga tokoh budaya, menunjukkan komitmen bersama dalam menjaga warisan budaya ini.

Acara ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk terus menghargai dan melestarikan warisan budaya, serta menjadi ajang silaturahmi dan kebersamaan dalam memupuk rasa cinta pada budaya sendiri.***