Kreativitas, Seni Musik, dan Estetika

Loading

Ilustrasi Lukisan Karya : R.Heri Subari (Gradasi)
Assalamu’alaikum warohmatullah wabarokatuh

Al-Qur’an Surat (At-Tin: 4) yang artinya: “sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”. Berdasarkan surat tersebut jelaslah bahwa manusia diciptakan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala dengan sebaik-baiknya yang memilki banyak kelebihan dari pada makhluk Allah lainnya. Salah satu kelebihan yang dimilki oleh manusia adalah berupa akal. Sebagaimana dalam sebuah surat Allah, “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagiorang-orang yang berakal”(Ali Imran: 190). Ini membutikan bahwa akal penting sekali dalam kehidupan manusia. Bisa dikatakan manusia tak akan bisa hidup tanpa akal. Karena bahkan untuk makan pun manusia harus menggunakan akalnya. Dan dari akal inilah akan muncul sebuah kreativitas. Akal yang dimiliki manusia berasal dari otak, sedangkan otak manusia ada dua macam, yaitu otak kanan dan otak kiri. Otak kanan berfungsi untuk memacu kegiatan berkreasi seseorang, misalkan bernyanyi, mendengarkan musik, bermain pianika, membuat kerajinan tangan, dan lain sebagainya. Sementara otak kiri berfungsi dalam memacu kegiatan yang berkaitan dengan akademik seperti menghitung, menghafal, menganalisa, membaca dan lain sebagainya. Jadi dalam mengapresiasikan kreativitas, seseorang menggunakan otak kanan.

Kreativitas adalah suatu proses untuk menghasilkan sesuatu yang baru, inovatif, dan orisinil yang berasal dari ide-ide dan buah pikirannya sendiri dengan tujuan untuk memperoleh kenikmatan atas kemampuan dan kualitas yang dimilikinya. Kreativitas selalu bersumber dari ide atau akalnya sendiri. Dinamakan kreativitas karena tidak ada yang menyamai atau menyeragami. Kreativitas yang dimiliki seseorang tentu berbeda dengan orang lain. Ada satu grup band sedang membahas tentang judul album yang akan mereka pakai untuk memasarkan lagu-lagu mereka yang telah kesemuanya digarap. Ketika mereka berkumpul dan membahas masalah itu, ketua anggota band tersebut meminta agar masing-masing anggota mengajukan judul yang harus mereka tulis di atas kertas kemudian menggulung kertas tersebut dan dikumpulkan kepada ketua band. Ketika satu per satu kertas itu dibuka, tak satu pun menuliskan kata yang sama. Nah, itulah kreativitas sederhana yang dimiliki seseorang dengan beragam imajinasi dan penghayatan. Setiap kreativitas membutuhkan imajinasi. Imajinasi itulah yang menentukan bobot dari suatu kreativitas seseorang. Berimajinasi adalah proses berkhayal yang terstruktur (khayalannya bertujuan). Berkhayal bisa dilakukan dengan sengaja untuk memperoleh sebuah kreativitas (berimajinasi) dan bisa juga dilakukan dengan tidak sengaja (tiba-tiba berkhayal tanpa ada maksud). Tingkat khayalan seseorang itu berbeda-beda. Antara anak-anak dan orang dewasa pun  berbeda. Jika seorang anak memilki khayalan yang terbatas, karena informasi atau hal-hal yang dilihat masih terbatas, maka pada usia remaja, khayalan seseorang akan semakin berkembang sesuai dengan tingkat berfikirnya. Sampai usianya menginjak dewasa, khayalan seseorang sudah bersifat imajinatif atau memiliki tujuan untuk diwujudkan. Kreativitas memilki beragam macam bentuk yang tidak terbatas, dapat berupa benda, tulisan, suara, gerakan, dan lain sebagainya. Kreativitas yang yang menghasilkan benda misalkan membuat kerajinan tangan, membuat alat musik, kreativitas dalam bentuk tulisan yaitu cerpen, puisi, novel, dan sebagainya. Sedangkan suara dihasilkan oleh lagu atau nyanyian dan gerak dihasilkan dari tarian, sulap, bela diri, dan lain-lain.

Kreativitas yang dihasilkan seseorang akan menghasilkan nilai tertentu, meskipun nilai tersebut tidak selalu dipandang indah. Tapi selalu ada penghargaan atas kreativitas yang dihasilkan seseorang. Kreativitas seorang anak bergantung pada hal-hal apa saja yang pernah diketahuinya secara kongkret. Saya pernah membaca sebuah penggalan cerita di dalam buku karya Salim A. Fillah yang berjudul “Jalan Cinta Para Pejuang”. Diceritakan ada seorang anak kecil yang duduk di bangku TK. Suatu hari Ibu guru meminta seluruh siswanya untuk menggambar bebas. Seluruh siswa-siswa tersebut dengan bersemangat mulai memainkan pensil-pensil warnanya di atas kertas A3 yang disediakan oleh guru. Ada yang menggambar rumah, menggambar keluarga dengan seorang ayah dan ibu serta kedua anak yang saling bergandengan tangan, ada yang menggambar gunung dengan hiasan matahari di atasnya dan masih banyak gambar-gambar lainnya yang diapresiasikan oleh anak-anak TK itu. Betapa antusiasnya mereka. Namun, hanya ada seorang anak yang menggambar sesuatu yang sangat berbeda dari teman-temannya yang lain. Dari sejak pertama mereka memulai menggambar, Ibu guru melihat anak tersebut hanya menggambar warna hitam di seluruh kertas gambar. Hanya warna hitam. Karena jam sekolah telah usai, maka anak-anak yang belum selesai menggambar diizinkan melanjutkan tugasnya di rumah, dan Ibu guru tersebut tidak sempat menanyakan apa sebenarnya yang sedang digambar oleh siswanya itu. Di rumah pun sang anak melanjutkan aksi menggambarnya, betapa terkejutnya kedua orang tuanya ketika hanya menemukan gambar warna hitam di kertas-kertas yang sebanyak itu, kedua orang tuanya pun berinisiatif membelikan kertas A3 lainnya dan beberapa pensil warna kecuali warna hitam, berharap sang anak menggambar bentuk lain dengan warna yang lain. Tapi tidak disangka anak itu terus saja menggambar hanya dengan warna hitam. Seluruhnya. Orang tuanya cemas dan bermaksud untuk melaporkan hal ini pada guru sekolahnya. Sang guru justru menyarankan agar orang tuanya membawa anak tersebut ke dokter spikiater anak. Di sana, oleh dokter, anak diberi kebebasan sekali lagi untuk menggambar bebas sebagai uji tes.. Disediakanlah kertas gambar. Lagi-lagi sang anak hanya memulaskan warna hitam. Namun kali ini tidak kesemuanya berwarna hitam, ada bagian-bagian tertentu justru tidak diberi warna. Setelah anak menghabiskan 200 lembar kertas A3 dengan hampir seluruhnya diberinya warna hitam, barulah sang anak berucap dengan bangga, “That’s wonderfull‼”. Sekali lagi, kedua orang tuanya, dokter spesialis beserta sang guru TK itu dibuatnya terkejut. Ternyata, setelah beberapa kertas-kertas itu dijejerkan bagai puzzle, terbentuklah gambar ikan paus seperti ukuran aslinya. Kreativitas yang mengejutkan bukan??? Sangkaan orang tua dan guru yang menganggap anak itu memiliki kelainan justru sebaliknya, anak itu cerdas dan berfikir berdasarkan pengalaman yang dilihatnya. Itulah kreativitas sederhana yang tentu tidak ada batasnya bagi seseorang, maka berkreativitaslah karena kreatif dapat menghidupkan otak dan membiasakan otak tersebut bekerja.

Jika kreativitas tidak harus memiki keahlian atau keterampilan khusus (selama dalam bentuk positif) maka seni sudah memerlukan sebuah keahlian atau keterampilan (kemampuan) khusus. Karena seni merupakan karya-karya yang bernilai indah, dan seni berasal dari sebuah kreativitas. Seni adalah sebuah karya yang memiliki nilai tertentu yang diciptakan dengan keahlian tertentu. Seni itu bermacam-macam, ada seni musik, seni ukir, seni tari, seni gerak, dan lain sebagainya. Seni musik adalah seni yang disampaikan melalui media suara manusia atau suara alat musik. Mengapresiasikan seni musik bermacam sekali caranya. Dan yang terpenting adalah, adanya keaktifan dalam diri kita. Jika kita aktif, tak ada sesuatu yang tidak kita dapatkan. Aktif bermain musik, aktif bernyanyi, aktif memainkan not-not, aktif membuat lagu dan segala hal aktif lainnya. Kesenian bermusik secara teori memang tidak mudah. Ada penjelasan-penjelasan tertentu mengenai teknik dasar, atau hal-hal yang berkaitan dengan seni musik. Namun ketika, kita belajar secara realitas dan menjadi kebiasaan, seni musik bisa menjadi sangat mudah. Tidak harus orang-orang yang berotak cerdas atau fisik sempurna saja yang bisa memainkan musik, karena musik bersifat universal, maka orang yang memiliki keterbatasan pun dapat menjadikan musik sebagai hal yang luar biasa dalam hidupnya. Sebuah berita di detiknews yang pernah saya baca, terdapat seorang pria bernama Liu Wei yang tidak seberuntung orang-orang yang memiliki anggota tubuh yang lengkap. Pria ini kehilangan kedua lenggannya sejak sepuluh tahun yang lalu akibat menyentuh kabel listrik bertegangan tinggi ketika sedang bermain petak umpet bersama teman-temannya. Kini, semangat dan dorongan serta impian yang tinggi telah mengubah tekad Liu Wei, hingga pada acara “China’s Got Talent” ia mampu membuat para penonton terpukau dan gemuruh tepuk tangan menyertai alunan piano Liu Wei yang dimainkan dengan kakinya. Hanya jemari kakinya! Semua itu karena latihan dan semangat yang tinggi.

Keterbatasan fisik bukanlah halangan untuk berkreatif, contoh lain adalah murid SDLB Negeri Mojosari Kabupaten Mojokerto yang mahir bermain musik meskipun personelnya cacat fisik. Mereka membentuk grup band dan menamaninya “Oke Band” yaitu akronim dari ’’Ora Ketok Band’’ dari bahasa jawa, yang jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia berarti tidak melihat. Semua personil Oke Band adalah penyandang tuna netra. Dan mereka adalah orang-orang hebat yang ingin namanya mengangkasa di samping kemampuan dan kreativitas mereka. Bisakah kita yang memiliki fisik sempurna menandingi kemampuan mereka??? Sepenggal cerita tersebut dapat meneladani kita, bahwa sesungguhnya Allah Maha Adil kepada setiap hamba-NYA. Masing-masing orang diberi kelebihan dan kekurangan. Alangkah lebih baik, jika seseorang yang memiliki fisik sempurna lebih mengoptimalkan kemampuannya, tidak saja dalam hal bermusik tetapi juga kemampuan lainnya yang dapat menambah rasa syukur kita terhadap pemberian Allah Subhanahu Wa Ta’ala, sebagaimana tercantum dalam surat Allah yang artinya: “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)Ku”. (Al-Baqarah: 152). Menghasilkan kreativitas yang bernilai seni sangat membutuhkan keteladanan atau contoh. Karena tanpa itu, tidak ada yang dapat kita jadikan acuan, untuk membandingkan karya yang kita miliki dan memastikan apakah kita sudah benar-benar berkarya. Untuk berkreasi seni juga memerlukan latihan, agar yang tidak terbiasa dan tidak menyukai hal seni, menjadi suatu kebiasaan yang pada akhirnya menjadi kesenangan.

Karya seni memiliki sifat indah, dan sifat keindahan itulah yang disebut estetika (bersifat estetis/ indah). Indah karena tidak bosan utuk dilihat/ didengar, unik sehingga banyak orang yang tertarik ingin memiliki atau menikmati. Contohnya, lagu “Anak Gembala” yang diciptakan oleh A.T mahmud, iramanya bagus, indah, riang, syairnya penuh dengan pesan moral dan mendidik untuk anak-anak serta mudah dinyanyikan. Ini yang membuat lagu “Anak Gembala” terkenal pada masa peluncurannya. Lagu yang memberi pesan (khusunya untuk anak-anak) agar selalu riang dan gembira dalam bekerja membantu orang tua. Berlatih berkreasi seni yang penuh dengan nilai estetika sangat memerlukan kesabaran agar memperoleh hasil yang diinginkan. Meskipun dalam pepatah “Tidak ada usaha yang sia-sia”, namun hasil yang kita peroleh tetap bergantung dari usaha yang kita lakukan. Berkaryasenilah karena engkau suka, berkaryasenilah karena engkau membutuhkan. Jangan berkarya seni karena mengejar suatu nilai, karena sudah pasti bayang-bayang nilai akan menghantui langkahmu dalam berkarya, oleh sebab tuntutan nilai dan bukan keleluasan berkarya dan berkreatif. Biarlah orang lain yang memberimu nilai atas karya-karya terindahmu, tangan-tangan cerdikmu dalam mengubah hal biasa menjadi luar biasa. Kreativitas seni yang indah adalah kreativitas seni yang dapat dinikmati orang banyak dan bermanfaat untuk mereka.

Hanya barisan-barisan kalimat inilah yang bisa terpaparkan dari benak saya, semoga bermanfaat untuk para pembaca sehingga menambah ilmu pengetahuan. Terima kasih atas waktunya demi menengok sekilas coretan-coretan ini.

Jazakumullahikhoironkatsiron
Wassalamu’alaikum warohmatullah wabarokatuh
 
Sumber : https://www.kompasiana.com