Tasikmalaya sebagai salah satu kota penting di wilayah Priangan Timur, telah tumbuh menjadi pusat perhatian berbagai kepentingan “strategis”, yang berpengaruh terhadap berbagai dimensi dan kompleksitas kehidupan modern. Termasuk di dalamnya kepentingan strategis bagi perkembangan seni dan budaya. Sebagai daerah strategis, Tasikmalaya memiliki sumber daya manusia unggul dalam bidang seni rupa khususnya bidang seni lukis. Tercatat nama-nama besar lahir dan berproses di kota Tasik. Sebut saja misalnya, Acep Zamzam Noor. Beliau merupakan tokoh pelukis dan budayawan Tasik yang eksistensinya sudah diakui secara Nasional dan Internasional. Selain itu Iwan Kuswana dan Hj. Rukmini Yusuf Afandi, dua sosok pelukis Tasik yang keberadaanya tercatat manis dalam deretan pelukis Indonesia dan dunia yang patut dibanggakan. Selain ketiga pelukis tadi, sosok Aten Warus, Yoyo Sopyan, Oyok Japar Kumbara, Herman PG, Yusa Widiana dan Afrudin menjadi motor para pelukis Tasik yang eksistensinya sudah dikenal luas masyarakat. Selain Pendidik Seni, mereka berenam juga aktif menggerakan kegiatan-kegiatan kesenian, khususnya pameran seni lukis di Tasikmalaya. Nama lain yang tak kalah pentingnya dalam perkembangan seni lukis di Tasikmalaya, diantaranya; Rendra Santana, Budi Gunawan, Luky Lukita, Edi Supriadi, Jamal Mural, Trisna Permana, Dede Wahyu (Dewa), Dida Rusdiana, Jajang Purwanata, Nana Sutisna, Ade Darlin, Tono Haryono, Asep Wawan, Barli Pahat, Aima Sendook, Andi Ramdani Bamboo, Eri Aksa, Fitri Gurnitasari, Wildan M Ardani, Ahmad Supriono, Ucu Dewa Sunarya, Suherman Mansyur, Agus Tasik, Anang Rusmana, Piyan Sopian, Ahmad Taufik, Ligar Balebat, Irvan Mulyadi, Naufal, Soni Mandriana, Agam M Husen, Ramdan Firdaus, Nans Fine Art, Yaman, Irfan Abd Rohman, Alexandrela Wibawa, Trina Puspasari, Fitri Mayasari,
Cecep Hidayat, Rahmat Junaedi, Zenal Mustofa dan Deni Ridwan.
Kehadiran beberapa seniman di atas, berpengaruh besar terhadap eksistensi dan perkembangan seni rupa khususnya seni lukis di Tasikmalaya. Kehadiran para seniman membawa angin segar perubahan dalam kualitas maupun kuantitas kegiatan berkesenian di Tasikmalaya. Dalam beberapa tahun terakhir ini, kegiatan seni lukis di Tasikmalaya menunjukan adanya peningkatan kegiatan yang signifikan. Hal ini ditandai dengan makin berkembangnya kelompok-kelompok seni lukis/sanggar lukis misalnya; Himpunan Perupa Tasik (Hipsik), Sanggar Lukis Brahmastra Art dan maraknya penyelenggaraan pameran-pameran seni lukis.
Dalam perkembangan selanjutnya, di Tasikmalaya banyak bermunculan seniman-seniman muda yang memiliki karakter dan potensi yang sangat plural. Kehadiran para seniman muda menjadikan kompetisi dalam berkarya semakin dinamis. Hal ini dikarenakan masing-masing seniman makin kompetitif dalam mensosialisasikan hasil kreativitasnya melalui kegiatan pameran seni lukis. Seniman muda Tasik tersebut diantaranya; Dika R Permana, Ade Rahayu, Aulia Dewi, Asep Enka, Muhammad Kun Hafidz, Hania Handayani, Bilqis Naluda, Fathan Ibrahim, Lukheylu L Alfina, Aidan Syam Gustira, Nazli Naili R, Erna Ergantiwi, Esa Susanti, Athilasyah Al Fatah, Sheikha Al Khansa, Hanifah Salimah, Melia Jalfa dan yang lainnya. Kehadiran para seniman muda dengan berbagai macam karakter dan potensi yang dimiliki, menunjukan adanya kesadaran untuk mengembangkan kesenian (seni lukis) sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupannya.
Tumbuhnya kesadaran untuk mengembangkan seni lukis, merupakan respon seniman terhadap fenomena yang terjadi dan keinginan untuk mengabadikannya ke dalam karya, agar dapat dinikmati dan dirasakan kehadirannya baik oleh pribadi maupun masyarakat umum. Dengan kesadarannya itu, seniman kemudian menghadirkan karya seni untuk memenuhi kebutuhan estetiknya. Kehadiran karya seni lukis, tidak dapat dipisahkan dari kreativitas dan “kecerdasan” seniman dalam merespon sesuatu yang berada disekitarnya. Dalam hal ini, para seniman telah mengembangkan interpretasi dan pandangan dalam mengeksplorasi dan mengaplikasi materi serta gagasan seni ke dalam sebuah karya dengan pendekatan yang sifatnya individualistik dengan gaya dan karakter yang khas. Para seniman memiliki kemampuan untuk mentransformasikan berbagai realitas yang terjadi ke dalam karya dengan persfektif dan kreativitas masing-masing.
Dengan kemampuannya itu, para seniman berhasil menghadirkan karya dengan berbagai medium, teknik, ide dan interpretasi pribadi dalam menggambarkan realitas yang dipilih untuk divisualisasikan. Dalam perspektif ini, ada diversifikasi dan intensifikasi dalam mengeksplorasi dan mengaplikasi materi serta gagasan seni yang dilakukan oleh para seniman dalam mewujudkan gagasangagasan kreatifnya dalam berkarya seni. Selain itu, para seniman telah menghadirkan karya seni lukis sebagai hasil dari kesadaran estetik seniman dalam mengembangan interpretasi pribadinya yang dilakukan oleh dan berdasarkan visi seniman terhadap kehidupan yang direfleksikan ke dalam sebuah karya. Dalam hal ini kehadiran karya seni tidak hanya berfungsi untuk pemenuhan kebutuhan estetik seniman saja, tetapi lebih dari itu, karya seni mereka diharapkan dapat membuka ruang bagi berkembangnya pandangan, aspirasi dan gagasan-gagasan baru dalam mensikapi kehidupan.
Dengan kondisi tersebut, para seniman berusaha untuk mengkomunikasikan hasil kreatifnya kepada masyarakat dengan berbagai cara. Dalam hal ini, para seniman memiliki caranya sendiri-sendiri, karena wilayah penciptaan adalah private domain. Walaupun demikian, karya seni mereka tidak dapat dipisahkan dari berkembangnya dinamika kehidupan masyarakat dan lingkungan di sekitar seniman itu berada. Dalam wilayah ini, para seniman telah mengembangkan interpretasi pribadi dalam menggambarkan realitas yang dipilih untuk dinyatakan. Selain itu, para seniman mempunyai ruang untuk mengembangkan interpretasi pribadinya dalam merespon fenomena yang terjadi dalam kehidupan masyarakat ke dalam sebuah karya setelah terlebih dahulu melalui transformasi kreatif.
Untuk memperkaya wawasan dan pandangan seniman dalam bidang kesenian, serta perspektif mereka terhadap fenomena yang terjadi, para seniman banyak melibatkan diri dan ikut mewarnai dalam kehidupan masyarakat sekitarnya. Keterlibatan para seniman dan pandangan mereka terhadap fenomena yang terjadi, akan sangat dipengaruhi oleh adanya kesadaran seniman dalam memandang permasalahan yang terjadi, latar belakang individual termasuk latar belakang pendidikan, keluarga dan masa lalu mereka.
Selain berinteraksi dan bergaul dengan masyarakat di lingkungannya, serta mengadopsi berbagai wacana yang berkembang di media masa, para seniman juga mengkomunikasikan ide dan gagasan mereka kepada khalayak ramai dengan mengadakan pameran, baik tunggal maupun berkelompok.
Dalam mentransformasikan ide dan gagasannya ke dalam karya, para seniman diharapkan mampu menjebatani apa yang ada dalam alam pikirannya menjadi karya yang dapat dipahami oleh masyarakat. Sehingga muatan pesan yang terkandung di dalamnya juga diapresiasi secara lebih positif oleh masyarakat. Dengan demikian maka akan terjalin sebuah komunikasi timbal balik antara seniman dengan masyarakat. Walau demikian bukan berarti hal ini dimaksudkan untuk membuat keseragaman dalam berkarya, karena masing-masing seniman memiliki sudut pandang dan pendekatan yang berbeda-beda dalam mengolah materi dan gagasan seni. Selanjutnya diharapkan pula agar secara terus menerus para seniman melakukan eksplorasi dan gagasan seni yang orisinil, objektif, unik, sehingga dapat menghasilkan karya-karya yang lebih inovatif dan kreatif.***
Piyan Sopian,
Guru Seni Budaya SMAN 1 Jatiwaras Kab. Tasikmalaya.
Bergabung di Himpunan Perupa Tasik (HIPSIK)
dan Galery Baraya Seni Rupa Indonesia (GBSRI).