Himpunan Perupa Tasikmalaya (Hipsik) pada tanggal 13 s.d 18 Mei 2024, menggelar pameran seni rupa dan halalbihalal di Gedung Creative Center Kota Tasikmalaya. Kegiatan yang diikuti oleh 50 seniman (baca; pelukis) tersebut, dilaksanakan dalam rangka mengembangkan bakat, minat dan kreativitas para pelukis Tasikmalaya. Selain itu, kegiatan tersebut diharapkan dapat meningkatkan komunikasi/silaturahmi seluruh peserta, sehingga kehadirannya dapat berguna bagi peningkatan “kualitas hidup dan kehidupan” para pelukis secara keseluruhan. Dalam perspektif ini komunikasi/silaturahmi tidak hanya membicarakan peran dan fungsi masing-masing yang terlibat atau hanya mendiskusikan dinamika seni budaya yang terus berkembang. Akan tetapi lebih dari itu, komunikasi/silaturahmi dilakukan demi terciptanya ruang kesadaran dan tangungjawab bersama di dalam memandu, membina, mengembangkan dan meningkatkan seni budaya dalam kehidupan masyarakat.
Sebagai salah satu wahana untuk meningkatkan silaturahmi dan kreativitas pelukis Tasikmalaya, kegiatan di atas menyiratkan adanya “proses kolaborasi” seluruh pelukis dalam mencari, menemukan dan mengasilkan “karya” yang berguna bagi pemenuhan kebutuhan “estetis dan rohani” mereka. Oleh karenanya kegiatan pameran seni rupa dan halalbihalal kali ini “bukanlah sebuah benda mati”, melainkan sebuah kerja, ebuah upaya strategis, sebuah perjuangan. Pengejawantahan dari kebutuhan manusia, yang di dalamnya tidak hanya terikatpada norma, adat istiadat, tradisi, kaidah dan benda-benda yang bernilai kultural saja, tetapilebih dari itu, di dalam pameran seni rupa dan halalbihalal dibutuhkan proses penerimaan,penerusan, penilaian, bahkan “reform” terhadap berbagai hal yang “telah” ada menjadi sesuatuyang lebih baru dan bermakna bagi kehidupan manusia, khususnya para pelukis secara keseluruhan.
Terkait kegiatan di atas, Yusa Widiana selaku ketua panitia pameran menyampaikan bahwa kegiatan pameran seni rupa dan halalbihalal, merupakan wahana untuk meningkatkan silaturahmi dan komunikasi diantara pelukis, juga sebagai media untuk mengekspresikan potensi dan kreativitas pelukis dalam berkarya. Dalam hal ini, potensi dan kreativitas yang dimaksud, yaitu potensi untuk mengeksplorasi dan mengaplikasikan materi serta gagasan seni ke dalam sebuah karya dengan kreativitasnya masing-masing. Dengan kemampuannya itu, maka diharapkan kegiatan pameran seni rupa dan halalbihalal kali ini, dapat menampilkan karya seni rupa dengan berbagai medium, teknik, ide dan interpretasi pribadi dalam menggambarkan realitas yang dipilih untuk divisualisasikan. Dalam persfektif ini, tentunya ada diversifikasi dan intensifikasi dalam mengeksplorasi dan mengaplikasi materi dan gagasan seni yang dilakukan oleh pelukis dalam mewujudkan gagasan-gagasan kreatifnya dalam berkarya.
Untuk kegiatan pameran seni rupa dan halalbihalal kali ini, peserta yang akan terlibat diantaranya; Anang Rusmana, Ligar Balebat, Tono haryono, Yaman, Afrudin, Trina Puspasari, Fitri Mayasari (Triya), Herman PG, Deni Ridwan, Jamal Mural, Aulia Dewi, Asep Enka, Asep Wawan, Andi Ramdani, Hanina Handayani, Bilqis Naluda, Nans Fine Art, Hj. Rukmini Yusuf Afandi, Alexandreia Wibawa, Ramdan Firdaus, Piyan Sopian, Fathan Ibrahim, Lukheylu L Alfina, Aidan Syam Gustira, Nazli Naili R, Athilasyah Al Fatah, Sheika Al Khansa, Hanifah Salimah, Yusa Widiana, Agam M Husen, Wildan M Ardian, Dida Rusdi, Oyok Jafarulloh, Muhamad Kun Hafidz, Calya Natha Azalia, Zulfa Qinara, N Niswar Assidqi, Jajang Kawentar,
Ade Darlin, Noura Shanum Setiabudi, Adil Dahlan, Hala S, Melia Zalfa N A, Rendra Santana, Emi Maryani, M Adli Syaban, M Farras Meidiawan, Loeky Lukita, Eri Aksa, Budi Gunawan.
Kegiatan pameran seni rupa dan halalbihalal menjadi “kegiatan penting”, bukan hanya karena pameran ini menyajikan karya-karya seni yang “unik dan menarik”, tapi juga lewat pameran ini, ke-50 orang pelukis Tasikmalaya dengan bakat dan kreativitasnya, berhasil mengeksplorasi dan mengaplikasi materi serta gagasan seni ke dalam karya dengan pendekatan yang sifatnya individualistik. Masing- masing pelukis memiliki gaya dan karakter yang khas dalam berekspresi. Termasuk di dalamnya kecermatan dalam “memilih sumber inspirasi kreatif”, untuk selanjutnya ditransformasikannya ke dalam karya lukis.
Terkait sumber inspirasi kreatif yang dipilih para pelukis dalam pameran kali ini, saya melihat adanya ketertarikan para pelukis untuk menghadirkan karya yang erat kaitannya dengan bidang individual, bidang sosial kemasyarakatan dan bidang agama. Termasuk di dalamnya bagaimana mereka mencoba menggali hubungan yang harmonis antara kehidupan manusia dengan banyak hal. Misalnya; hubungan manusia dan cinta kasih, manusia dan keindahan, manusia dan tradisi, manusia dan pandangan hidup, manusia dan tanggung jawab, manusia dan harapan yang menjadi bagian dari kehidupan dan kebudayaan manusia secara keseluruhan. Sama halnya dengan bidang yang lain (baik dalam teater, tari, musik dan film), bidang-bidang tersebut itulah yang menjadi sumber inspirasi kreatif yang tak habis digali.
Dengan demikian, dalam konstelasi kehidupan yang luas, fungsi lukisan yang dihasilkan, secara umum dapat pula dimaksudkan sebagai suatu upaya ikut andil dalam menjaga, memelihara dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan keagamaan, kemasyarakatan dan kemanusiaan. Jika di atas dikemukakan bahwa kecenderungan tematik karya lukis yang dihasilkan berkenaan dengan tanggapan evaluatif para pelukis terhadap masalah manusia dalam hubungannnya dengan diri sendiri (bidang individual), dalam hubungannnya dengan manusia lain atau alam (bidang sosial kemasyarakatan), dan dalam hubungannnya dengan tuhan/keagungan tuhan atas segala penciptaannya (bidang agama), hal itu tidak berarti bahwa tema-tema yang dipilih tidak saling berhubungan. Tema-tema personal bisa sekaligus merupakan tema sosial dan agamis. Sebaliknya, tema agamis bisa saja menjangkau tema lain. Hal ini tampaknya sangat penting dalam proses kreatif seorang pelukis. Karenanya, orang tidak salah secara ekspresif, jika memahami dan mengevaluasi dalam persfektif estetika yang selalu bertautan.
Sebagai contoh karya yang erat hubungannnya dengan diri sendiri (bidang individual) tercermin dalam karya Ligar Balebat yang berjudul “Harap” (charcoal on cnvas, ukuran 50 X 50 Cm). lukisan tersebut pada hakekatnya merupakan ekspresi selfevaluation. Melalui lukisan tersebut, pelukis ingin “mengeksplorasi dan menilai” dirinya sendiri, untuk mendapatkan“ pertumbuhan” personal dirinya. Dengan begitu, dia memperoleh wawasan yang membantunya untuk meningkatkan kualitas dirinya.
Selain itu, lewat lukisan yang dihasilkannya, Ligar Balebat berusaha untuk memunculkan suatu harapan untuk “mendapatkan” sesuatu yang bernilai dan bermanfaat bagi peningkatan kualitas dirinya. Dalam hal ini, harap atau harapan merupakan bentuk dasar dari “keyakinan” untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan, atau suatu kejadian akan “berbuah” kebaikan di waktu yang akan datang. Meskipun harap/harapan itu umumnya berbentuk abstrak/tidak tampak, tetapi Ligar Balebat meyakini sesuatu yang ada dalam batin/pikirannya itu, akan menjadi sugesti positif yang akan terwujud dan memenuhi kebutuhan hidupnya.
Karya lain yang menggambarkan adanya hubungan erat dengan dirinya sendiri, terlihat dalam karya yang berjudul “berpikir” (Kawat besi dan kaca, ukuran 50 Cm X 40 Cm X 60 Cm) karya Agam M Husen. karya tiga dimensi tersebut menarik bukan hanya karena gagasannya saja, tapi juga memperlihatkan adanya kepekaan pembuatnya terhadap bahan/media yang ditemuinya. Dalam hal ini, Agam M Husen mencoba mengkolaborasikan bahan yang dipilihnya, ke dalam karya tiga dimensi dengan teknik yang unik, serta menuntut adanya kreativitas tinggi dalam mengolah bahan tersebut. Selain itu, ide “berpikir” sebagai judul karya yang dihasilkannya, menarik untuk diapresiasi lebih lanjut.
Dalam hal ini, penulis meyakini Agam M Husen memiliki kesadaran dalam menggunakan akal budinya untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu. Termasuk di dalamnya kesadaran untuk melakukan “aktivitas mental”, yang mengarahkan Agam M Husen dalam mencapai tujuan yang diharapkannya. Dengan berpikir, tentunya Agam M Husen berharap akan menemukan pemahaman/pengertian yang sesuai dengan kehendaknya.
Contoh lain karya yang menggambarkan adanya hubungan manusia dengan cinta kasih, tercermin dalam lukisan yang berjudul “Ibu Aku Padamu” (Woodcut on canvas, ukuran 60 X 80 Cm) karya Jajang Kawentar. lukisan tersebut menarik, karena pembuatnya berhasil memasuki, menemukan nilai, menggarap dan merangkum memori estetik yang bertebaran dalam pikiran dan imajinasinya. Jajang Kawentar berusaha menampilkan sosok ibu sebagai teladan dan figur yang penuh dengan kasih sayang dalam mengayomi buah hatinya. Sosok ibu yang tak bisa tergantikan oleh apapun. Kesadaaran itu selanjutnya dia kemas dalam bangunan “lukisan’ yang sarat dengan keindahan bahasa visual dan pesan moral yang ingin disampaikan. Selain itu, pilihan ide/sumber inspirasi, media dan teknik dalam berkarya, menjadikan lukisan tersebut memiliki daya tarik dan daya gugah bagi orang lain.
Contoh lain yang erat hubungannnya dengan manusia lain atau alam (bidang sosial kemasyarakatan) sebagai sumber inspirasi, tercermin dalam lukisan yang berjudul “Panen padi di Kansen Cibalong Tasikmalaya” (ukuran 80 Cm x 100 Cm) karya Hj. Rukmini Yusuf Afandi. Lukisan dengan media kanvas dan cat acrylik tersebut, dibuat dengan menggunakan 90 % keterampilan tangan sebagai “alat” untuk “mencurahkan/memindahkan cat tube ke atas kanvas dan sisanya menggunakan kuas 10 %, untuk menyempurnakan detail-detail objek tertentu. Pemilihan ide, media dan teknik dalam karya di atas, memungkinkan orang lain seolah-olah berada dan menjadi bagian dari situasi yang dibangun lewat karya tersebut. Dalam hal ini, Hj. Rukmini Yusuf Afandi memiliki daya ingat, kepekaan dan pengamatan yang detail dalam melihat objek yang akan di lukis.
Selain itu, ketertarikan Hj. Rukmini Yusuf Afandi untuk menghasilkan karya di atas, pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari adanya ketertarikan dia terhadap objek “Kandang Seni” yang dikelola oleh Ramdani Bamboo di Kp. Pagelar RT.03 RW.11 Eureunpalay Kecamatan Cibalong Kabupaten Tasikmalaya. Pemilihan “Kandang Seni” sebagai objek lukisan, didasari oleh adanya potensi “cerita, kreativitas dan pesona alam” yang ditawarkan tempat tersebut. Dalam hal ini, kehadiran Kandang Seni “menarik” karena pembuatnya berhasil memasuki, menemukan nilai, menggarap dan merangkum momen estetik yang bertebaran dalam pikiran dan imajinasinya selama ini. Untuk selanjutnya mengemasnya sebagai “bangunan tematik” yang sarat dengan keindahan yang ingin disampaikan.
Selain itu, kolaborasi antara bangunan fisik Kandang Seni dan penataan lingkungan sekitar, amat terasa dalam cara ungkap Ramdani Bamboo sebagai pemilik tempat tersebut. Bagaimana ia dengan kreativitasnya mampu merubah “Kandang Ayam” yang “tidak terpakai, menjadi “Kandang Seni” yang memiliki banyak nilai di dalamnya. Selanjutnya bagaimana dia “menggambarkan” aktivitas masyarakat (petani di sekitar Kandang Seni), aktivitas anak-anak yang sedang belajar seni serta aktivitas hewan-hewan yang nyaman dihabitatnya, menjadi kolaborasi harmonis yang “ditransformasikan” ke dalam penataan tempat dan lingkungan yang dipilihnya.
Sementara itu, lukisan yang menggambarkan adanya hubungan antara manusia dan harapan, tercermin dalam lukisan yang berjudul “melangkah” (acrylic on canvas, ukuran 60 X 70 Cm) karya Loeky Lukita. Lukisan tersebut memberi gambaran tentang rasa “optimisme” atau berpandangan baik dalam menghadapi segala hal, yang selalu hadir dalam diri sang pelukis. Dalam hal ini, Loeky Lukita menyadari dengan “melangkah”, meskipun perlahan dan dengan langkah-langkah yang kecil, pada akhirnya akan mengantarkan dia pada tujuan yang ingin di capainya (melangkah merupakan salah satu cara dia untuk mengejar impiannya). Untuk mentransformasikan apa yang diharapkannya itu, Loeky Lukita menghadirkan “lukisan abstrak” sebagai pilihan ekspresinya. Dalam hal ini, dia berupaya untuk menghadirkan berbagai bentuk yang tidak ada wujud fisik/konkretnya di alam dunia (misal figure & pemandangan), yang digarap dengan coretan/pulasan cat yang “ekspresif”, tapi tetap memperhatikan ide dan gagasan unsur-unsur seni rupa.
Contoh lain yang menggambarkan adanya hubungan antara manusia dan tradisi, tergambar dalam lukisan yang berjudul “Ottoman Turkish Heritage” (Axrrylic on Canvas, ukran 70 x 50 Cm) karya pelukis muda Muhammad Kun Hafidz. Dalam lukisan tersebut, dia berusaha untuk mengangkat warisan atau pusaka “Kekaisran Turki” yang di dalamnya tersirat adanya sejarah, taradisi dan nilai-nilai yang dimiliki bangsa tersebut, yang bertahan selama bertahun-tahun dan dianggap sebagai bagian penting dari karakter mereka. “Kecerdasan” Muhammad Kun Hafidz dalam membangun imajinasi dengan mengekspresikan “Ottoman Turkish Heritage”sebagai sumber inspirasi dan ide kreatifnya, patut diapresiasi positif oleh masyarakat. Dalam hal ini, dia berusaha untuk memunculkan pesan-pesan yang bersifat atau dapat dimaknai dalam persfektif kebudayaan dan sejarah yang mengakar kuat di negara tersebut. Selain itu, mengangkat kebudayaan Turki sebagai ide seni, pada akhirnya diharapkan mampu membuka
ruang dan kesempatan bagi siapapun untuk mendapatkan eksistensial kehidupannnya. Hal-hal itulah yang kiranya bisa saya amati dari pameran kali ini. Lepas dari itu, karya lukis yang dihasilkan bisa memberi bias yang lebih jauh lagi dari sekedar kumpulan karya yang dipamerkan, dan hanya menjadi “dokumen idealis” para pelukis saja. Tetapi diharapkan mampu memberi penyadaran kritis atas kondisi yang terjadi dalam kehidupan masyaraat. Dalam hal ini, para pelukis berusaha membuka “ruang dialogis dan tegur sapa wacana” dengan seluruh masyarakat melalui karya-karya yang dipamerkan. Dengan “bahasa rupa yang enak dipandang”, dan lalu dengan mata batin diharapkan dapat memberi kebaikan bagi anda yang tengah mengapresiasi.***
Piyan Sopian,
Guru SMAN 1 Jatiwaras Kabupaten Tasikmalaya.
Anggota Himpunan Perupa Tasikmalaya (HIPSIK) dan
Gallery Baraya Seni Rupa (GBSRI)