Oleh : Lukman Zen
Surealisme adalah suatu aliran seni yang menunjukkan kebebasan kreativitas sampai melampaui batas logika. Surealisme merupakan suatu karya seni yang menggambarkan suatu ketidak laziman, oleh karena itu surealisme dikatakan sebagai seni yang melampaui pikiran atau logika. Gerakan seni surealisme mula-mula tumbuh di Eropa dan kemudian meluas secara internasional. Gerakan Surealisme banyak menggali gagasan tentang mimpi, ilusi, dan fantasi yang didorong otomatisme dan asosiasi bebas. Prinsipnya terdiri atas paduan keganjilan dan metamorfosis bentuk.
Gerakan Surealisme dalam historiografi seni rupa modern berkaitan dengan kecenderungan metafisis para pelukis Italia dan praktik Dadaisme di masa sebelumnya beserta pemikiran psikoanalisis yang dikembangkan ilmuwan asal Freiberg, Sigmund Freud. Pada masa sesudahnya pun gerakan yang mengedepankan alam mimpi ini mempengaruhi Ekspresionisme Abstrak hingga Action Painting yang gejalanya menguat di Amerika Serikat.
Dalam surealisme yang dipentingkan adalah subject matter yang dapat menyampaikan cerita irasional yang mengejutkan, misterius, aneh, dan menteror penonton karyanya. Di antara kontribusi-kontribusi yang paling penting dari gerakan surealis adalah penemuan teknik artistik baru yang terhubung ke alam pikiran bawah sadar seniman. Seorang seniman Italia bernama Giorgio de Chirico memasukkan tema metafisika ke dalam lukisannya, sehingga lukisannya disebut Pittura Metafisicayang ditandai dengan bayangan yang kuat, perspektif yang didistorsi dan subject matter yang enigmatik.
Surelisme banyak di pengaruhi pemikiran Sigmud Frued, pendiri Psikoanalisis dari Austria. Frued menyimpulkan bahwa seseorang menekan hasrat aslinya ke dalam alam bawah sadarnya. Agar individu ini dapat menikmati kesenangan jiwa, meraka harus membawa hasrat-hasrat itu ke dalam pikiran sadar. Dalam pencarian untuk mendapatkan akses ke alam bawah sadar tersebut para surealis menciptakan teknik seni baru, yakni surealisme.
Menurut Frued, mimpi adalah jalan terbaik untuk mempelajari alam bawah sadar, karena dalam mimpilah pikiran bawah sadar dan hasrat utama menampilkan dirinya. Untuk mengungkapkan kualitas irasional dari alam mimpi dan untuk mengejutkan penikmatnya, pelukis surealis menggunakan representasi yang realistis, tetapi meletakkan secara berdampingan objek-objek dan gambarannya dengan cara irasional. Demikian pula dalam pemberian judul kadang terasa agak aneh dan tidak nyambung.
Sejarah Surealisme
Surealisme adalah gerakan sastra, seni dan ideologi yang muncul di Perancis sesudah Perang Dunia I dengan dipelopori oleh André Breton dan Philippe Soupault (1919). Istilah surealisme sendiri diciptakan pada tahun 1917 oleh Guillaume Apollinaire yang mengomentari tampilan balet parade, karena dianggap super-realisme (sur-realisme).
Sang pelopor, André Breton adalah mantan mahasiswa kedokteran yang terbiasa mempergunakan metode revolusioner Freud saat berhadapan dengan pasien neurosis. Sebagai seorang penyair, Breton ingin mencoba bahwa kajian Freud tidak semata demi kepentingan psikoanalisis tetapi dapat juga diterapkan dalam seni, terutama tentang gagasan “asosiasi bebas‟ dan teknik menganalisis mimpi.
Surealisme dinilai sebagai salah satu dari gerakan-gerakan seni yang paling penting dan berpengaruh di Eropa pada paruh pertama abad ke-20. Surealisme, dalam banyak karakteristik, merupakan kelanjutan dari gerakan seni pendahulunya yang dikenal sebagai Dadaisme, yang didirikan di tengah kecamuk Perang Dunia I (1914-1918). Terhentak oleh kenyataan kehancuran besar-besaran dan melayangnya begitu banyak nyawa yang diakibatkan perang, motivasi-motivasi para dadais secara kuat bersifat politis, yaitu untuk mengejek kebudayaan, pemikiran, teknologi bahkan seni. Program surealisme adalah pengembangan dari dadaisme, tetapi surealisme menaruh lebih banyak pandangan positif secara esensial daripada pesan negatif dadaisme. Tetapi sebagaimana dadaisme, surealisme tidak sekedar gerakan seni dan sastra semata melainkan “…also life-style and the expression of a philosophical out look.”
Selama lebih dari empat dekade, Surealisme bagaikan magnet yang menarik siapapun di kalangan seni dunia. New York pada akhirnya menggantikan Paris sebagai pusat seni modern. Serangkaian pameran bertajuk surealisme yang digelar di kota ini semenjak tahun 1931 turut mempengaruhi seniman-seniman Amerika Serikat. Lorser Feitelson, Arshile Gorky, Robert Motherwell, dan Jackson Pollock mengadopsi metode berkarya quasi-otomatis surealis dan teknik ini kelak melahirkan seni lukis yang khas Amerika, yakni Action Painting. Pengaruh prinsip dasar surealisme dapat dilihat pada karya-karya seniman generasi baru seperti Allan Kaprow, John Cage, Yves Klein, Jean Dubuffet, Piero Manzoni, Jean Tinguely, Richard Hamilton, hingga Andy Warhol.
Mimpi, Mitos dan Metamorfosis
Freud percaya, ketidakberaturan dalam mimpi adalah hasil dari pergulatan memperebutkan dominasi antara ego dan ide. Dalam usaha untuk mengakses kinerja pikiran yang sebenarnya, banyak surealis yang menggali untuk meraba kualitas mimpi yang tak masuk akal. Para pemimpin dari seniman-seniman tersebut antara lain Salvador Dali dari Spanyol, dan Rene Margrite serta Paul Delvaux dari Belgia.
Banyak pelukis surealis menggunakan representasi yang realistis, tapi meletakkan secara berdampingan objek-objek yang irasional. Dalam Magritte’s Pleasurekarya Rene Magritte sebagai contohnya, seorang gadis kecil mencabik-cabik seekor burung dengan giginya lalu menelannya hidup-hidup. Karya tersebut menggarisbawahi kejahatan umat manusia, sambil mempermainkan ketidakcocokan antara judul dan gambarannya. Dalam karya Dali, Apparition of Face and Fruit Dish on a Beach, buah-buahan pelengkap hidangan tampak menggentayang sebagai wajah, jembatan sebagai kalung kekang anjing dan pantai sebagai taplak meja, tergantung apa yang menjadi fokus penyimaknya.
Banyak surealis yang menjadi terpesona dengan mitos. Menurut Freud, mitos-mitos mengungkap belenggu kejiwaan yang tersembunyi dalam setiap manusia. Seperti halnya mimpi menampilkan gambaran-gambaran irasional yang mengungkap kejiwaan pemimpinya, mitos mengungkap kejiwaan semua umat manusia. Dalam lukisan Dali, Metamorphosis of Narcissus, sang seniman merujuk pada tokoh mitos Yunani kuno, Narcissus, yang mana adalah seorang anak muda yang jatuh cinta pada bayangannya sendiri dan dialih-bentukkan menjadi bunga yang cantik.
Mitos-mitos Yunani menarik para surealis karena metamorfosis (perubahan dari satu bentuk ke bentuk lain) adalah tema yang paling sering mereka ulang. Mitos-mitos juga menarik bagi surealis dikarenakan peran pentingnya bagi budaya-budaya non-barat. Dalam pandangan para pengikut Freud, peradaban barat berada dalam bahaya karena menceraikan kemanusiaan dari sifat alaminya. Secara luas dipercaya bahwa budaya-budaya non-barat lebih selaras dengan sifat dan dorongan-dorongan alami, yaitu dorongan yang diekspresikan melalui mitos-mitos dan seni kebudayaan tersebut. ***