Penulis : Jumari Haryadi
Pandemi virus corona (covid-19) telah menjungkirbalikkan kondisi dunia. Wabah virus ini menjadi perhatian dunia setelah pada 20 Januari 2020 otoritas kesehatan di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok, mengatakan terdapat tiga orang warganya yang meninggal dunia akibat terpapar covid-19. Pemerintah Tiongkok kemudian melakukan penutupan total (lockdown) terhadap Wuhan sejak 23 Januari 2020.
Setelah ditutup selama 76 hari, pada Rabu, 8 April 2020, Wuhan kembali dibuka oleh Pemerintah Tiongkok karena pandemi diyakini sudah mereda. Sejak kota itu ditutup karena terpapar covid-19, dilaporkan ribuan orang meregang nyawa dan kota ini sunyi tak ubahnya seperti kota mati. Kini semuanya sudah normal dan penduduk setempat sudah diperbolehkan keluar rumah dan beraktivitas seperti biasa.
Penyebaran covid-19 berlangsung sangat cepat. Hampir seluruh dunia terkena dampaknya. Beberapa negara mengalami pandemi corona yang cukup parah. Sampai dengan 10 April 2020, tercatat 1,6 juta orang terinfeksi, 355.671 sembuh, dan 95.604 meninggal dunia. Liga negara dengan jumlah korban teratas saat ini berdasarkan data yang dikutip dari kompas.com (10/4/2020) adalah: Amerika Serikat (466.969 kasus), Spanyol (153.222 kasus), Itali (143.626 kasus), Jerman (118.235 kasus), dan Perancis (117.749).
Bagaimana dengan Indonesia? Menurut informasi yang dilansir dari haluan.com (9/4/2020), saat ini tercatat 3.293 kasus positif, 252 sembuh, dan 280 meninggal dunia. Sejak pertama kali diumumkan positif corona pada 2 Maret 2020 lalu, terjadi penambahan kasus baru sebanyak 337. Lonjakan cukup signifikan sehingga menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara yang melaporkan penambahan kasus dibandingkan dengan negara-negara di Asia Tenggara lainya.
Pemerintah Indonesia akhirnya mengambil kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Sekjen Kemenkes RI, Oscar Primadi, menyampaikan Keputusan Presiden nomor 11 tahun 2020 tentang Pentapan Covid-19 sebagai Jenis Penyakit yang Menimbulkan Kegawatdarutan masyarakat.
“Pada prinsipnya untuk menekan penyebaran corona virus ini,” ujar Oscar dalam konferensi pers, Minggu (5/4/2020).
Menurut Oscar, PSBB adalah pembatasan kegiatan tertentu penduduk dalam satu wilayah yang diduga terjangkit covid-19.
“Jadi masyarakat masih bisa melaksanakan kegiatan sehari-hari. Namun, bagi kegiatan tertentu dibatasi, meliputi peliburan sekolah dan kerja, kegiatan keagamaan, pembatasan kegiatan di fasilitas umum, kegiatan sosial budaya, dan pembatasan moda transportasi,” ujar Oscar menambahkan (Sumber: liputan6.com 5/4/2020).
Kebijakan pemerintah yang meliburkan sekolah, perkantoran, aktivitas keagamaan, kegiatan sosial dan budaya, serta pembatasan operasional kendaraan umum menyebabkan semuanya menjadi lumpuh. Pemerintah juga membuat kebijakan social distancing yaitu pembatasan interaksi sosial (jaga jarak) dan bekerja dari rumah atau work from home (WFH) bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) dan pegawai swasta. Semua ini dilakukan pemerintah guna mencegah penularan covid-19.
Semua lapisan masyarakat tentunya terkena imbas dari kebijakan tersebut, termasuk para seniman dan budayawan yang bekerja di sektor nonformal. Para pelukis yang biasanya menggelar pameran terpaksa membatalkan kegiatannya. Begitu juga dengan seniman lainnya bekerja di dunia hiburan seperti penari, pemusik, penyanyi, pelawak, dan sebagainya. Mereka yang biasanya mendapat job dari berbagai instansi pemerintah atau swasta, terpaksa kehilangan pekerjaannya dan tidak memperoleh penghasilan karena ditunda atau dibatalkan.
Kondisi tersebut membuat Lukman Zen, founder Majalah GBSRI (Galeri Baraya Seni Rupa Indonesia) prihatin. Pria asal Garut ini begitu peduli dengan para seniman. Ia bermaksud mengadakan pameran dan lelang lukisan secara online. Tujuannya tidak lain untuk membantu seniman agar berpeluang mendapat penghasilan.
Kegiatan lelang menggunakan media majalah online yaitu www.gbsri.com, sedangkan penyelenggaranya adalah ZenProductions. Sementara para seniman yang ingin ikut pameran tidak dikenakan biaya alias gratis. Semua ini merupakan salah satu bentuk kepeduliannya terhadap keberadaan para Perupa Nusantara.
“Sebagian hasil lelang lukisan akan disumbangkan untuk kegiatan amal. Selain Perupa Nusantara menyumbangkan 100% hasil penjualan karyanya, ada juga yang 50% – 75% lagi disumbangkan keberbagai lembaga seperti rumah sakit, masyarakat yang kurang mampu, yayasan, dan kaum duafa,” ujar Zen melalui handphone-nya.
Menurut Zen, para peminat lukisan hasil karya Perupa Nusantara tersebut bisa dilakukan dengan dua cara. Pertama, membeli langsung dengan cara melihat dan memilih lukisan yang disukainya melalui galeri lukisan yang ditampilkan di website, lalu menghubungi admin. Kedua, melalui lelang online yang rencananya akan dimulai tahap 1 pada 12 April 2020 – 30 Mei 2020.
“Mekanisme lelang online tidak berbeda dengan lelang pada umumnya. Calon peserta lelang wajib menyetorkan sejumlah dana kepada panitia sebagai jaminan. Kemudian lelang dimulai dengan menampilkan sebuah lukisan. Jika peserta ada yang berminat, ia berhak mendapatkan harga terendah sesuai dengan angka yang ditawarkan panitia. Peserta lainnya boleh menaikkan harga penawarannya. Sampai habis waktunya maka penawar tertinggi berhak keluar sebagai pemenang dan segera menyelesaikan administrasinya,” jelas Zen panjang lebar.
Zen merasa senang apabila kegiatan ini bisa berjalan. Sampai saat ini sudah banyak respon positif terhadap rencana pameran dan lelang online yang direncanakannya. Penjelasan lebih detail tentang rencana pameran dan lelang online tersebut bisa dilihat di website GBSRI.***