Pameran Lukisan Sanggar Brahmastra Art di Ruang Asrah Tasikmalaya

Loading

Pameran Lukisan bertajuk “Gurat Karya”  yang digelar Sanggar Brahmastra Art, pada tanggal 7 s.d 13 September 2024 di Ruang Asrah jalan Cimuncang Kota Tasikmalaya, merupakan salah satu kegiatan positif dan produktif dalam rangka mengembangkan kreativitas, bakat, minat dan potensi para pelukis muda di Kota Tasikmalaya. Selain itu, kegiatan tersebut, diharapkan dapat meningkatkan komunikasi dan silaturahmi para peserta dengan para seniman/masyarakat, sehingga kehadirannya dapat berguna bagi peningkatan kualitas para pelukis secara keseluruhan.

Sebagai salah satu wahana untuk mengekspresikan ide dan gagasan kreatif para pelukis,pameran kali ini, merupakan proses perjuangan para pelukis muda Kota Tasikmalaya untuk mencari, menemukan dan mengasilkan “karya” yang berguna bagi pemenuhan kebutuhan “estetis dan rohani” mereka. Oleh karenanya Pameran Lukisan Sanggar Brahmastra Art kali ini, bukanlah sebuah benda mati, melainkan sebuah kerja dan upaya strategis dalam menemukan “eksistensi dan kompetensi diri” para pelukis yang terlibat dalam pameran tersebut.

Selain itu, Pameran Lukisan Sanggar Brahmastra Art kali ini, pada hakekatnya hampir selalu merupakan refleksi langsung (kebutuhan) dan potensi rohaniah para pelukis, baik secara individual maupun kelompok, yang di dalamnya sering terkandung dimensi lalu, kini dan esok. Artinya, di dalam Pameran Lukisan Sanggar Brahmastra Art, selalu meniscayakan terbukanya ruang kreativitas dan “kebaruan” dalam mengekspresikan ide dan gagasan seseorang dalam kehidupannya. Dengan terbukanya ruang kreativitas tersebut, pada akhirnya akan mendorong seseorang khususnya para pelukis, untuk lebih mengetahui, memahami dan merasakan berbagai hal yang erat hubungannya dengan peningkatan kualitas hidup dan kehidupannya.

Terkait agenda pameran di atas, Hj. Rukmini Yusuf Afandi pelukis asal Kota Tasikmalaya yang eksistensinya sudah diakui secara nasional dan internasional, dalam sambutan pembukaan pameran menyampaikan bahwa “berkarya dan pameran” pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari adanya potensi dan kreativitas seseorang. Dalam hal ini, potensi dan kreativitas yang dimaksud yaitu adanya kemampuan untuk menemukan, membuat, merancang ulang, serta memadukan hal atau gagasan baru maupun lama menjadi kombinasi baru. Oleh karenanya, kehadiran kreativitas dalam berkarya seni lukis, harus terus dibina dan dikembangkan menjadi lebih baik lagi. Kehadiran kreativitas dalam berkarya seni lukis, diharapkan akan ikut mendorong dan meningkatkan kemampuan seseorang dalam berkarya. Oleh karenanya, dalam proses ini dibutuhkan kemampuan dan kemauan seseorang untuk menggali ide dan gagasan kreatifnya menjadi lebih banyak lagi. Melalui seni lukis, seseorang mendapat kesempatan untuk mencurahkan segala hal yang ada dalam pikiran dan perasannya selama ini. Ia pun mendapatkan ruang kreatif untuk membuat dan mencipta karya seni lukis baru atau mengarah pada konteks kebaruan sesuai dengan ‘bentuk ekspresi’ yang dipilihnya.

Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, Herman Purwana Gunawan yang akrab dipanggil Herman PG, selaku pimpinan Sanggar Brahmastra Art menyampaikan terima kasih dan apresiasi kepada Bapak Deden Triadikusumah selaku pemilik Ruang Asrah yang memberi ruang dan kesempatan “Kafe dan Restoran” yang dimilikinya untuk dijadikan tempat pameran.  Keputusan untuk menjadikan kafe dan restoran sebagai tempat “refreshing, bersantai, dan pameran karya seni”, merupakan strategi kreatif untuk menarik minat para pengunjung. Dalam hal ini, pemilik kafe dan restoran menangkap fenomena itu dengan tidak hanya lewat desain tempat yang menarik, artistik dan nyaman, juga menghadirkan “ruang yang tidak membosankan” dengan kehadiran karya seni yang di pajang di tempat tersebut.

Selain itu, Herman PG juga menyampaikan bahwa karya lukis yang dipamerkan kali ini menunjukan adanya kreativitas “seniman” pembuatnya.  Dalam hal ini, para seniman berusaha untuk mengeksplorasi dan mengaplikasi materi serta gagasan seni ke dalam sebuah karya, dengan pendekatan yang sifatnya individualistik. Para seniman memiliki gaya dan karakter yang khas dalam mentransformasikan berbagai realitas yang terjadi ke dalam karyanya masing-masing. Hal ini terlihat dari banyaknya karya dengan berbagai medium, teknik, ide dan interpretasi pribadi dalam menggambarkan realitas yang dipilih untuk divisualisasikan.

Pada pameran kali ini, para seniman telah berhasil menghadirkan karya seni hasil dari kesadaran estetik mereka, dalam mengembangan visi dan interpretasinya terhadap kehidupan, yang kemudian direfleksikan ke dalam sebuah karya. Oleh karenanya, kehadiran karya seni tidak hanya berfungsi untuk pemenuhan kebutuhan estetik seniman saja, tetapi lebih dari itu, karya seni mereka dapat dijadikan media untuk proses pembelajaran. Dalam proses ini, kehadiran karya seni, tentunya akan bersentuhan dengan cara merasa, berpikir, bersikap dan bertindak manusia, baik dalam dataran realitas individual maupun realitas sosio-kultural, karena hakekatnya ia merupakan, pada awalnya, hasil penafsiran dan penilaian kehidupan yang dilakukan oleh seniman penciptanya.

Dalam konteks seperti disebutkan di atas, Mamannoor seorang penulis dan kritikus seni berpandangan bahwa; ”seorang penggubah seni  selalu melakukkan proses belajar. Ia belajar menyimak apa yang dialami, menghayati apa yang didalami, mengungkapkan apa yang diingini. Disamping itu, seorang penggubah seni melakukan proses belajar untuk  memanfaatkan kemampuan (raga, rasa dan akalnya), menggunakan kepandaian (berpikir dan berdaya reka), mempertinggi kehandalan (mengolah, menguasai, dan mengembangkan) sarana dan alat, serta memperkuat atau memperdalam minat (keinginan membentuk dan kehendak memecahkan masalah)”. Oleh karena itu, berkarya bagi seorang seniman merupakan sebuah proses untuk mencari, menemukan, memahami, merasakan dan melakukan sesuatu baik teori maupun praktek. Bahkan lebih dari itu, belajar dapat dimaknai sebagai sebuah proses mengidentifikasi, menganalisis, mengeksplorasi ide dan gagasan, menggubah, mengkolaborasikan dan mengembangkan berbagai hal yang berkaitan dengan pengembangan ilmu dan pengetahuan. Karenanya belajar merupakan sebuah proses yang terus berjalan, bertahap, dinamis, tidak mengenal batas waktu dan usia.

Atas dasar pertimbangan di atas, tak salah kiranya apabila pameran lukisan Sanggar Brahmastra Art kali ini, dapat dijadikan media untuk proses pembelajaran bagi kita semua. Terutama bagi mereka yang konsen terhadap perkembangan seni dan kesenian di Indonesia.  Dalam proses ini, kehadiran seni menjadi penting, salah satunya dalam rangka mengembangkan keluhuran budi pekerti manusia. Mengenai hal tersebut, Tjetjep Rohendi Rohidi  berpandangan bahwa dalam perspektif pendidikan, seni dipandang sebagai salah satu alat atau media untuk memberi keseimbangan antara intelektualitas dengan sensibilitas, rasional dengan irasionalitas dan akal pikiran dengan kepekaan emosi. Bahkan, dalam batas-batas tertentu, dipandang sebagai salah satu sarana untuk mempertajam moral dan watak. Oleh karena itu, mentransformasikan nilai-nilai seni ke dalam kehidupan masyarakat luas, terutama dalam bidang pendidikan, diharapkan dapat memberi pencerahan dan penyadaran bersama tentang berbagai hal yang terkait dengan penyelesaian masalah yang terjadi selama ini. Termasuk di dalannya memposisikan seni sebagai salah satu materi, alat atau media dan metode yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan dan kesejahteraan bersama.

Akhirnya, jika nilai-nilai seni tersebut berhasil ditanamkan lewat pendidikan yang berfungsi untuk mencerdaskan bangsa, akan dihasilkan pula manusia-manusia yang berdaya guna dalam kehidupan manusia. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka kemampuan kreatif seseorang dalam melakukan kegiatan kesenian, harus terus dilatih dan dikembangkan. Sehingga mereka akan menjadi orang yang kaya dengan gagasan dan dibutuhkan dalam pengembangan kebudayaan manusia. Dengan demikian, pengembangan kemampuan-kemampuan pokok dalam seni adalah meliputi pengembangan kemampuan teknis menggunakan alat, bahan atau media, mengasah kepekaan estetik, serta kemampuan berpikir alternatif atau kreatif. Selain itu, melalui aktivitas seni, dapat dijadikan dasar pegangan dalam meniti profesi sebagai seorang seniman yang memiliki kepekaan estetik, keterampilan teknik dan kreativitas. Sehingga pada akhirnya para seniman memiliki sikap apresiatif terhadap segala bentuk hasil budaya manusia.

PIYAN SOPIAN, Lahir di Subang 29 Desember 1975, Alumni SMIK Negeri Tasikmalaya (sekarang SMKN 3 Kota Tasikmalaya). Menempuh Pendidikan S1 di Jurusan Pendidikan Seni Rupa FBS Universitas Negeri Yogyakarta dan S2 Program Studi PKLH Universitas Siliwangi Tasikmalaya. Menulis artikel/opini dan karya tulis tentang seni, budaya, politik dan pariwisata dibeberapa media masa/media online, khususnya Kabar Priangan. Sempat bergabung di Management Pinggiran Art Exhibitions Tasikmalaya, Komunitas Pelukis Pinggiran, Kelompok Seni Rupa Tasik (KSRT), Silva SMKN 3 Kota Tasikmalaya, Galery Baraya Seni Rupa Indonesia (GBSRI) dan Himpunan Perupa Tasikmalaya (HIPSIK). Aktif mengikuti kegiatan pameran dibeberapa daerah, diantaranya; Tasik, Garut, Bandung, Jogja, Semarang, magelang, Malang dan Bali. Saat ini bekerja sebagai Guru Seni Budaya SMAN 1 Jatiwaras Kabupaten Tasikmalaya. Tinggal di Dusun Kalanganyar Desa Mandalahayu Kecamatan Salopa Kabupaten Tasikmalaya.