Dalam pandangan penulis, Tono Haryono termasuk salah seorang pelukis dari Tasikmalaya yang memiliki karakteristik yang khas, unik dan menarik pada setiap karya lukisan yang dihasilkannya. Kekhasan yang dimilikinya itu tidak dapat dipisahkan dari proses kreatif yang dilakukan dia selama ini. Dalam hal ini, Tono Haryono termasuk seniman yang memiliki kepekaan tinggi dalam merespon fenomena yang terjadi di sekitarnya.
Kelebihannya ini, dikarenakan dia memiliki ketajaman dalam melihat dan membaca apa yang terjadi, kemudian ditransformasikan ke dalam karya-karyanya. Selain itu, Tono Haryono termasuk seniman Tasikmalaya yang memiliki tingkat produktivitas dan eksperimental tinggi dalam berkarya. Hal ini dikarenakan Tono Haryono termasuk seniman yang cerdas dan kreatif dalam memperlakukan bahan atau media yang didapatnya. Dengan kecerdasan yang dimilikinya itu, maka Tono Haryono tidak pernah berhenti untuk melakukan eksplorasi dan eksperimentasi terhadap bahan, media dan bentuk yang ditemuinya. Sehingga pada akhirnya dia “mantap” pada pilihan ekspresinya untuk memakai media “campuran” antara cat minyak, kanvas dan kain bordir dalam setiap karya lukisan yang dihasilkannya.
Ketertarikan Tono Haryono untuk memakai media “campuran” dalam mengungkapkan ekspresi seninya, dipandang sebagai usaha Tono Haryono untuk meningkatkan kreativitas dia dalam berkarya. Dalam hal ini, Tono Haryono tidak mau terjebak oleh satu gaya atau aliran tertentu dalam berkarya. Dia memiliki kebebasan untuk melakukan eksplorasi, eksperimentasi pada setiap karya-karyanya. Kesadaran itu pula yang mendorong Tono Haryono untuk mencari dan menemukan sesuatu yang bisa meningkatkan kreativitas dia dalam berkarya.
Berkaitan dengan karya seni lukis yang dihasilkan Tono Haryono, dia sering menggunakan media campuran (mixed media) dalam mentransformasikan ide dan gagasannya ke dalam karya. Dia tertarik untuk memadukan media cat minyak di atas kanvas dan kain bordir dalam setiap karyanya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tono Haryono yang menyatakan bahwa lukisan dan bordir merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupannya. Hal ini dapat dimaklumi mengingat dia termasuk salah seorang seniman sekaligus pengusaha bordir yang sukses di Kota Tasikmalaya. Ketertarikan Tono Haryono untuk menggunakan media campuran (mixed media) cat minyak, kanvas dan kain bordir dalam mentransformasikan ide dan gagasan kreatifnya, dikarenakan dia ingin mencari dan menemukan inovasi baru dalam berkarya seni lukis.
Penggunaan cat minyak dan kanvas untuk melukis merupakan sesuatu yang lumrah/biasa. Akan tetapi penggunaan cat minyak dan kanvas yang dipadukan dengan bordir, merupakan sesuatu yang baru dan jarang dipakai oleh para seniman. Oleh karenanya kehadiran lukisan dengan memadukan ketiga media tersebut, diharapkan dapat memperkaya keragaman ide, gagasan dan teknik melukis dalam kehidupan masyarakat kita. Contoh karya Tono Haryono yang menggunakan media campuran (mixed media) yaitu lukisan yang berjudul “Jaga Bumi”. Lukisan ini memiliki ukuran 117 x 117 cm, dengan media atau bahan dasar kanvas.
Ketertarikan Tono Haryono dalam memilih kain bordir sebagai salah satu media yang dipakai untuk karya lukisnya, pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari pekerjaan dia selama ini. Sebagai pengusaha bordir, tentunya dia tahu betul bagaimana memanfaatkan motif dan teknik bordir untuk mempercantik “produk fashion” yang diproduksinya. Oleh karenanya tidaklah mengherankan apabila dari hasil kreativitasnya itu, lahirlah karya-karya bordir yang memiliki nilai estetis dan ekonomis tinggi.
Bahkan beberapa waktu yang lalu, salah satu hasil kreativitas Tono Haryono yaitu “kebaya bordir”, mendapat penghargaan Original Rekor Indonesia sebagai “kebaya bordir terbesar di Indonesia”. Sebuah penghargaan prestisius yang diberikan kepada seseorang yang memiliki produktivitas, inovasi dan kreativitas tinggi dalam berkarya. Dalam hal ini, Tono Haryono berhasil mengangkat “citra bordir Tasikmalaya”, tidak hanya sebagai “penghias Kain” untuk kepentingan sandang saja. Tetapi lebih dari itu, lewat kreativitas dan inovasi yang dilakukannya, Bordir Tasikmalaya dapat diaplikasikan menjadi sebuah karya seni berupa “Kebaya Bordir Terbesar di Indonesia” yang menarik dan spektakuler. Selain itu, penghargaan yang telah diterima Tono, selain menjadi “kepuasan dan kebanggaan” bagi dirinya, juga pada akhirnya diharapkan akan berdampak positif bagi perkembangan “bordir dan Kegiatan ekonomi kreatif “ di Kota Tasikmalaya.
Keberhasilan Tono Haryono dalam meraih prestasi dan penghargaan di atas, serta kesuksesan dia dalam menghadirkan karya seni lukis hasil kreativitasnya, pada awalnya tidak dapat dipisahkan dari adanya potensi dan kreativitas dia dalam berkarya. Dalam hal ini, potensi dan kreativitas yang dimaksud yaitu adanya kemampuan untuk menemukan, membuat, merancang ulang, serta memadukan hal atau gagasan baru maupun lama menjadi kombinasi baru. Oleh karenanya, kehadiran kreativitas dalam berkarya, harus terus dibina dan dikembangkan menjadi lebih baik lagi. Untuk mewujudkan hal itu, maka dibutuhkan kreativitas tinggi dalam mengolah ide, gagasan dan pemikiran yang inovatif dan relevan dengan kebutuhan pasar. Dalam kondisi ini, Tono Haryono mampu mengeksplorasi bahan, media dan alat yang bisa digunakan untuk mencari desain atau produk baru yang unik, orisinil, inovatif dan bernilai ekonomis tinggi.***
PIYAN SOPIAN, Lahir di Subang 29 Desember 1975, Alumni SMIK Negeri Tasikmalaya (sekarang SMKN 3 Kota Tasikmalaya). Menempuh Pendidikan S1 di Jurusan Pendidikan Seni Rupa FBS Universitas Negeri Yogyakarta dan S2 Program Studi PKLH Universitas Siliwangi Tasikmalaya. Menulis artikel/opini dan karya tulis tentang seni, budaya, politik dan pariwisata dibeberapa media masa/media online, khususnya Kabar Priangan. Sempat bergabung di Management Pinggiran Art Exhibitions Tasikmalaya, Komunitas Pelukis Pinggiran, Kelompok Seni Rupa Tasik (KSRT), Silva SMKN 3 Kota Tasikmalaya, Galery Baraya Seni Rupa Indonesia (GBSRI) dan Himpunan Perupa Tasikmalaya (HIPSIK). Aktif mengikuti kegiatan pameran dibeberapa daerah, diantaranya; Tasik, Garut, Bandung, Jogja, Semarang, Malang dan Bali. Saat ini bekerja sebagai Guru Seni Budaya SMAN 1 Jatiwaras Kabupaten Tasikmalaya. Tinggal di Dusun Kalanganyar Desa Mandalahayu Kecamatan Salopa Kabupaten Tasikmalaya.