Oleh : Piyan Sopian, S.Pd.,M.Pd.*
Kehadiran karya seni dalam kehidupan manusia, pada awalnya merupakan hasil interpretasi dan respon seniman dalam menanggapi objek atau kondisi-kondisi tertentu yang kemudian divisualisasikan dalam wujud yang indah dan menarik, melalui media tertentu dengan teknik dan gaya yang dipilihnya. Pengungkapan ekspresi melalui kesenian, pada kenyataannya lebih dapat diterima dan banyak dinikmati oleh masyarakat luas. Mengenai hal ini, Djelantik mengemukakan bahwa pada kenyataanya pengungkapan suatu gagasan lebih menyusup ke dalam jiwa manusia bila disajikan dalam wujud kesenian dari pada dengan cara lain seperti ceramah, selebaran dan sebagainya. Kesenian mempunyai kelebihan karena mampu menggugat perasaan manusia secara langsung yang diharapkan, merupakan faktor dominan untuk menumbuhkan kesadaran seseorang dalam mewujudkan gagasan dan curahan ekspresinya ke dalam sebuah karya. Sementara itu, realitas yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, menjadi daya tarik bagi seniman untuk mengembangkan kreativitasnya dalam berkarya seni.
Di antara berbagai ekspresi seni yang telah dihasilkan, seni lukis merupakan salah satu hasil ekspresi dan kreativitas seniman dalam mengolah berbagai medium dan unsur seni pada bidang datar dua dimensional yang mengekspresikan berbagai makna atau nilai subjektif. Mengenai hal ini, Soedarso SP menyatakan bahwa seni lukis adalah suatu pengucapan pengalaman artistik yang ditumpahkan dalam bidang dua dimensional dengan menggunakan garis dan warna. Berpijak dari pandangan di atas, maka kehadiran karya seni lukis tidak hanya bersinggungan dengan masalah medium atau unsur seni saja, tetapi lebih dari itu, dalam seni lukis terdapat suatu rangkaian proses dan hubungan yang tak terpisahkan antara proses penciptaan karya seni dengan realitas yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Pada proses penciptaan karya tersebut, munculnya motivasi/dorongan, inspirasi dan kemampuan dalam memvisualisasikan ide yang diharapkan, merupakan faktor dominan untuk menumbuhkan kesadaran seseorang dalam mewujudkan gagasan dan curahan ekspresinya ke dalam sebuah karya. Sementara itu, realitas yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, menjadi daya tarik bagi seniman untuk mengembangkan kreativitasnya dalam berkarya seni.
Dengan kondisi tersebut, pada akhirnya seni lukis menjadi pilihan ekspresi para seniman untuk mencurahkan ide dan gagasan kreatifnya dalam berkarya. Salah satunya yaitu Pelukis Rendra Santana asal Tasikmalaya. Pelukis yang lahir dan besar di Tasikmalaya tersebut, dalam komunitas seni rupa di Indonesia, memiliki tempat dan kedudukan yang sangat istimewa. Selain dikenal produktif dalam berkarya, dia juga dikenal aktif dalam melaksanakan kegiatan pameran, baik tunggal maupun kelompok, yang dilaksanakan di dalam maupun luar negeri. Selain itu, dia juga dikenal memiliki karakteristik dan kualitas karya yang baik. Salah satu karya dia yang berjudul “next generation” yang dibuat dengan media cat minyak dan kanvas, dengan ukuran 200 X 300 cm, menjadi bukti akan kualitas dan totalitas dia dalam berkarya.
Sementara itu, berkenaan dengan prestasi dia dalam berkarya, Rendra Santana termasuk seniman yang banyak mendapat apresiasi dan penghargaan yang sangat luar biasa. Diantaranya; 1. Apresiasi seni atas undangan Duta Besar Austria Bapak Rahmat Budiman bersama Tisna Sanjaya, Nasirun, Zico, Anton Susanto, Basuki Bawono di Vienna Austria. 2. Juara II Chinese Painting, Parahiyangan Lunar Festival di Kota Baru Parahiyangan Padalarang Bandung. 3. Nominasi 50 karya terbaik kompetisi seni lukis Jawa Barat. 4. Nominasi 3 karya terbaik kompetisi Landscape Bale Seni Barli Kota Baru Parahiyangan Padalarang Bandung. 5. Juara 1 gambar Keluarga Berencana Jambore Kependudukan Cianjur Jawa Barat. 6. Juara 1 gambar motif hias tradisional tingkat provinsi Jawa Barat di IKIP Bandung.
Sedangkan kegiatan pameran seni lukis yang telah diikutinya selama ini, diantaranya; Pameran bersama “Artasik#3” di Gedung Kesenian Tasikmalaya, “Bandung Drawing Festival” di Nuart Sculture Park Bandung, “Art-Tivities Now” di Breeze Art Space Green Office Park Sinar Land BSD, “Imago Mundi Art Exhibition” di Bentara Budaya Jakarta, “Imago Mundi Art Exhibition” di Bentara Budaya Yogyakarta, “Artefak Laut Kidul” di Papuri Art Gallery Bandung, “Imago Mundi Art Exhibition” di Bentara Budaya Bali, “Nautika Rasa” di Gallery Nasional Jakarta, “Bazzar Art” di Pacific Palace Jakarta, “R3#3 Rupa ku Rupa mu Rupa Indonesia” di Griya Seni Popo Iskandar Bandung, “Locafore Art Design & Jazz Festival” di Bale Pare Exhibition Hall Bandung, “Kota Tua Creative Festival” di Fatahillah Jakarta, “ How To Draw” di Gedung Gas Negara Bandung, “Picturing Pictures” di Ho Chi Minh Fine Art Museum Vietnam, “Parahiangan Bale Seni Barli” di Kota Baru Parahiyangan Bandung, “ baying Islamic Contemporery” di Gallery Nasional Jakarta, “Tribute To Sudjojono” di Lawang Wangi Art Space Bandung, “ Percakapan Masa” di Gallery Nasional Jakarta, “ Simphony Of Indonesia” di R.A fine Art Gallery Kuala lumpur Malaysia, Veduta “Bandung Initative” 5# di Vannesa Art Link Jakarta, “Menilik Akar” di Galeri Nasional Jakarta, “Linescape” di Space 59 Bandung, “Give Rein To Freedom” di Museum Barli Bandung, “Renjana” di Gallery Nasional Jakarta, “Ram Art” di Studio Jeihan Bandung, “Breaktrought” di Studio Jeihan Bandung, “Tribute To Barli” di Bale Seni Barli Kota Baru Parahiyanagn Bandung, “Lintas Garis dan Warna” di CCF Bandung, “Nganjang ka Lembur’ di Sumber Alam Garut, “Pameran Keluarga Seni Rupa Tasik” di Tasikmalaya, “The Lagancy Of Maestro” di Hotel Aston Braga Bandung, “Pelukis Braga Bandung” di Braga City Walk Bandung, “Perjalanan” di Yayasan Pusat Kebudayaan YKP Bandung, “ Peduli Kasih” di Bale Seni Barli di Hyatt Regency Bandung, “Lukisan dan Drawing” di Bale Seni Barli Kota Baru Parahiyangn Bandung, “Kontemplet” di Matahari Dept Store Tasikmalaya, “Keluarga Seni Rupa Tasik” di Gelanggang Generasi Muda Tasikmalaya, “Pelukis Tiga Kota” di Gedung Mandala Universitas Siliwangi Tasikmalaya.
Untuk memperkaya wawasan dan kreativitas dalam berkarya, Rendra Santana banyak belajar dan berkomunikasi langsung dengan para seniman, salah satunya belajar langsung dari seorang maestro seni lukis realis Indonesia Barli Sasmitawinata (alm) di Bale Seni Barli. Selain itu, dia juga mendapat kesempatan untuk mengajar di Bale Seni Barli Kota Baru Parahiyangan Padalarang Bandung mulai tahun 2003 – 2012. Dari aktivitasnya tersebut, dia banyak menyerap pelajaran dan wawasan tentang seni dan kehidupan ini. Dari perjumpaannya itu pula yang mendorong dia untuk terus berkarya, dan mengembangkan kreativitasnya.
Selain perjumpaannya dengan para seniman, Rendra Santana juga banyak menyediakan waktunya untuk berkomunikasi dan berinteraksi langsung dengan masyarakat yang ada disekitarnya. Interaksi dia dengan masyarakat sekitar, merupakan salah satu usaha dia untuk lebih mengenal kondisi sosial masyarakat dan memperkaya persfektif dia dalam memandang karya dan kehidupan ini.
Hal lain yang dilakukan Rendra Santana yaitu banyak mengadopsi atau mempertajam referensi wawasannya dengan melihat dan membaca langsung media masa yang ada disekitarnya, baik elektronik maupun cetak. Dengan pengamatannya terhadap media yang ditemuinya, dia melihat persfektif lain yang dihadirkan oleh media tersebut.
Hasil dari perjumpaannya dengan para seniman, masyarakat dan media masa, membuahkan kesadaran dalam diri Rendra Santana bahwa “belajar tentang banyak hal”, sangat membantu dia dalam meningkatkan pengetahuan, bakat dan kreativitasnya. Dalam hal ini Rendra Santana tahu betul bahwa pengetahuan tentang berkarya seni, misalnya; pengetahuan tentang teknik, bahan dan media, dapat membantu dia untuk lebih mengetahui berbagai cara yang dapat digunakannya untuk berkarya. Dalam hal ini, Renda Santana menyadari bahwa bahan atau media yang digunakan, harus dipilih dan disesuaikan dengan kebutuhan dia dalam berkarya. Selanjutnya pengetahuan mengenai “bahasa rupa” yang berhubungan dengan perasaan dan kombinasi dari berbagai pengetahuan sebelumnya dalam usaha untuk mengapresiasi karya seni rupa secara menyeluruh dan mendalam, pada dasarnya akan memudahkan apresiator untuk mengetahui pesan yang ingin disampaikan dia dalam setiap karya seni lukis yang dihasilkannya.
Berkaitan dengan gaya atau style yang menjadi ciri ekspresi personal yang khas dari si seniman dalam memvisualisasikan ide dan gagasannya, penulis melihat lukisan Rendra Santana cenderung bergaya realis. Hal ini terlihat dari adanya usaha Rendra Santana untuk menggambarkan suatu objek seperti apa adanya, yang kemudian dijadikan sebagai “subjek” yang tampil dalam karya seni yang dihasilkannya. Subjek tersebut divisualkan sebagaimana tampil dalam kehidupan sehari-hari “tanpa melebih-lebihkan sesuatu” yang dapat mengarah pada interpretasi tertentu. Selain itu, kecenderungan yang tampak pada lukisan realis Rendra Santana, yaitu adanya usaha dia untuk menunjukkan kenyataan/realita mengenai kondisi/hal tertentu, tanpa ada rekayasa dan ditampilkan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Dalam hal ini, Rendra Santana berusaha untuk menampilkan subjek lukisannya tidak hanya sekedar “mirip” dengan objek aslinya, namun juga berusaha untuk mencapai/mendapatkan karakter objek, nuansa, dan suasana yang sesuai dengan relitas objek yang diamatinya. Selain itu, kecenderungan yang tampak pada lukisan realis Rendra Santana, yaitu adanya usaha dia untuk mendapatkan “jiwa, isi dan semangat” dari karyakarya yang dihasilkannya itu.
Untuk memvisualisasikan ide dan gagasan kreatifnya, Rendra Santana memilih cat minyak sebagai media untuk berkarya. Pemilihan media cat minyak sebagai media untuk berkarya, didasari oleh adanya pemahaman dia tentang karakteristik bahan/media, kemampuan/cara dia dalam memperlakukan bahan dan hasil akhir yang akan dicapai dari penggunaan bahan/media tersebut. Untuk itu, dalam proses ini dibutuhkan “eksplorasi keteknikan” yang tepat dalam melukis dengan menggunakan cat minyak tersebut. Dalam proses ini, eksplorasi keteknikan merupakan bagian penting yang harus dilalui, karena merupakan penguasaan keteknikan dasar yang akan berpengaruh pada hasil yang akan dicapai dalam melukis realis. Oleh karenanya dalam proses ini, dibutuhkan ketekunan dan kesabaran tinggi dalam menggunakan cat/pewarna, serta ketepatan dalam memakai teknik yang sesuai dengan pewarna yang dipilihnya. Dalam hal ini, teknik yang digunakan Rendra Santana dalam berkarya, yaitu dengan mencampurkan/mengolah cat/pewarna secara teliti dan cermat untuk mendapatkan warna yang diinginkan, dengan sapuan-sapuan kuas yang diekspresikan secara “lembut, halus dan detail”. Pengolahan media dan alat yang dilakukan Rendra Santana, pada akhirnya bertujuan untuk mendapatkan “gradasi warna” atau “komposisi warna” yang unik, menarik dan sesuai dengan “wujud/karakter” objek yang diinginkannya.
Sementara itu, tema yang dipilih Rendra Santana dalam berkarya, sedapat mungkin mengambil tema-tema yang sederhana untuk dinikmati, enak dirasakan tapi bisa bertujuan. Tidak jarang pula beragam lukisannya banyak mengambil tema tentang alam benda, flora, fauna dan keseharian kehidupan masyarakat, termasuk di dalamnya melukis model/manusia dengan berbagai aktivitas/ekspresi yang menarik. Kaitannya dengan hal ini, Rendra Santana menyatakan bahwa tema-tema tersebut hanyalah getaran ekspresinya ketika dia melihat sesuatu yang terjadi dalam kehidupannya. Selain itu, pensikapan dan ketertarikan Rendra Santana untuk menghadirkan tematema tersebut, tidak saja berdimensi pada pemberian makna terhadap relitas kehidupan yang terjadi, tetapi dimaksud sebagai media “pembangkit kesadaran kritis” dan salah satu usaha untuk lebih memahami hidup dan kehidupan ini.
Dengan media, teknik dan tema yang dipilihnya itu, akhirnya Renda Santana dapat membuat “dunianya” sendiri dalam berkarya. Bagi dia, berkarya seni dapat dijadikan wahana refleksi kehidupan pada masa lalu, saat ini dan masa yang akan datang. Untuk itu, maka kemampuan kreatif seseorang dalam melakukan kegiatan kesenian, harus terus dilatih dan dikembangkan dengan baik, sehingga mereka akan menjadi orang yang kaya dengan gagasan dan dibutuhkan dalam pengembangan kebudayaan manusia. Dengan demikian, pengembangan kemampuan-kemampuan pokok dalam seni meliputi pengembangan kemampuan teknis menggunakan alat, bahan atau media, mengasah kepekaan estetik, serta kemampuan berpikir alternatif atau kreatif. Selain itu, melalui aktivitas seni, dapat dijadikan dasar pegangan dalam meniti profesi sebagai seorang seniman yang memiliki kepekaan estetik, keterampilan teknik dan kreativitas. Sehingga pada akhirnya para seniman memiliki sikap apresiatif terhadap segala bentuk hasil budaya manusia.***
*Piyan Sopian, S.Pd.,M.Pd.
Alumni SMIK Negeri Tasikmalaya (sekarang SMKN 3 Kota Tasikmalaya), S1 Pendidikan Seni Rupa FBS Universitas Negeri Yogyakarta dan S2 PKLH Universitas Siliwangi Tasikmalaya. Melaksanakan Pameran bersama Seni Rupa dibeberapa kota, diantaranya; Tasikmalaya, Bandung, Jogjakarta, Solo, Semarang, Magelang, Malang dan Bali, sejak tahun 1997 hingga sekarang. Sempat bergabung di Management Pinggiran Art Exhibitions Tasikmalaya, Komunitas Pelukis Pinggiran, Kelompok Seni Rupa Tasik (KSRT) dan Silva SMKN 3 Kota Tasikmalaya. Saat ini bekerja sebagai Guru Seni Budaya SMAN 1 Jatiwaras Kabupaten Tasikmalaya dan tinggal di Dusun Kalanganyar, Desa Mandalahayu, Kecamatan Salopa Kabupaten Tasikmalaya.