Seni dan keindahan merupakan mata rantai saling mengisi dalam aktivitas kreativitas dalam berkarya cipta. Herbert Read menambahkan: seni adalah ekspresi. Eksponen aktivitas ini adalah manusia. Basis aktivitas artistiknya ialah pengamatan terhadap kualitas material. Penyusunan aktivitas tersebut menjadi bentuk serta pola yang menyenangkan. Susunan persepsi tersebut dalam pembuatannya dihubungkan dengan emosi atau perasaan yang dirasakan sebelumnya.
Hakekat nilai dalam seni akan terungkap dalam kekuatan karya itu. Mampu memberi-membangkitkan pengalaman spiritual batin, terjadinya komunikasi yang merupakan manifestasi dalam menanamkan rasa yang dibangun intuisi melalui ide- gagasan .
Dalam intensitas ekspresi menjabarkan simbolis. Idiom dan imajinasi sebagai bentuk ungkapan wujud interprestasi karena batin dari kontemplasi penghayatan, pemaknaan dan penjelajahan nilai-nilai spiritual.
Jakob Sumardjo, menambahkan, pandangan estetika dalam system religi agama asli (sebagian masih baik keadaannya dan sebagian telah rusak berat). Dikenal pokok-pokok yang mereka percayai, system upacara atau ibadah yang mereka lakukan. Dasar mitologi yang mereka percayai sebagai kisah asal usul semesta.
Tatanan organisasi kepercayaan mereka, etika agama mereka untuk memasuki dalam keselarasan dan ketidakselarasan dengan kosmosnya. Itu semua syarat mutlak untuk memahami aneka produk budaya mereka. Kesenian bagi masyarakat semacam ini bukan sekadar kenyataan keindahan. Bukan sekadar persoalan estetika, tetapi terutama persoalan jalan keselaran dengan kosmos. Pengalaman estetik sekaligus merupakan pengalaman religius.
Target kesenian adalah pengalaman religius ini. Pengalaman estetik adalah suatu ekstase dengan kosmos. Peleburan diri dalam seni adalah peleburan dalam pengalaman mistik.
Kehadiran seni yang dalam kehidupan manusia mampu beradaptasi dengan lingkungan kosmologi sebagai sebuah ikatan rasa atas keseimbangan dalam hidup ini. Seni sebagai bahasa nilai-nilai menyajikan nilai- nilai untuk langsung dialami oleh seluruh unsur dan bagian masyarakat.
Keberadaan seni dengan hidup dan kehidupan manusia demikian dekat dan eratnya. Meliputi sensitifitas yang merupakan pengalaman kepekaan terhadap setiap rangsangan yang datang dari luar. Sehingga mampu memperkaya pengalaman jiwa. Fluency yaitu kelancaran dalam menyesuaikan ide yang akan diungkapkan. Fleksibelitas merupakn kemampuan untuk mengadaptasi suasana. Orisinalitas, kemampuan untuk mengemukakan solusi yang pribadi yang bersifat personal dalam kerja kreativitas.
Didalam kompleksitas peradaban masa kini, manusia sering kehilangan arah pandangan tujuannya. Untuk itu, seni dengan kandungan nilai yang dibawanya mengembalikan kesadaran manusia tentang makna dan tujuan hidupnya (Agus Sachri).
Susanne K Langer, merumuskan seni sebagai penciptaan bentuk yang menyimbulkan perasaan manusia. Seni dapat disebut sebagai sebuah symbol. Seni menenuhi fungsi tertentu, yakni seni mewujudkan, membentuk suatu perasaan menjadi wujud. Dalam karya seni yang baik, fungsi ini harus benar-benar dijalankan.
Jelaslah kehadiran seni memiliki elemen rasa yang disampaikan dengan bahasa symbol sebagai ungkapan. Penelaahan pemaknaan pada hakekatnya merupakan upaya mengabstraksikan dan imajinasi dari berbagai realitas dengan pendekatan symbol.
Penjelajahan seni merupakan penjejahan berekspresi sebagai eksplotasi dari potensi. Dalam sentuhan personal memberi getaran rasa yang menembus kedalaman kreativitas. Memiliki konteks dalam wacana yang mewujudkan manifestasi sebagai narasi ungkapan rasa.
Penciptaan karya seni memiliki dimensi penghayatan. Merupakan transformasi dari sebuah ungkapan pemaknaan. Membentuk kesadaran sebagai interprestasi nilai ekspresi dari kehidupan manusia.
Seni sebagai produk pemikiran kreatif. Dalam kehidupan manusia pada proses ungkapan menunjukkan kekuatan pemaknaan. Kreativitas merupakan penggalian ilhan dari lubuk kehidupan spiritual manusia. Memiliki kesetian pada intuisi dalam mengenali sukma. Menjadi pendorong dalam semangat dan proses penciptaan karya seni.
Lebih lanjut Popo Iskandar, menegaskan: Seni luhur selamanya menuju ke arah intelek maupun rasa. Seperti juga sebuah simponi yang tidak hanya dapat dinikmati dari harmoni dan susunannya. Juga dari bentuk dan perkembangannya. Penikmatan inteletual ini merupakan bentuk kepuasan paling sempurna yang dapat dicapai maunia. Karena itu, seni menuju arah satu kesatuan, merupakan tulang punggung struktur dan inti suatu bentuk. Disebut pula, Seni sebenarnya adalah katarsisi, pemurnian. Emosi jangan meluap-luap yang senantiasa mencari jalan untuk pencurahan, mendapat saluran yang paling luhur daam bentuk karya seni.
Seni sebagai produk rasa keindahan, memiliki pemaknaan dalam ungkapan kepekaan rasa keindahan. Merupakan rasa universal dari interprestasi ungkapannya. Tidak terbatas pada idiom atau symbol tertentu tapi kesadaran, kepekaan sebagai implemetasi rasa keindahan (estetika).
Pada kenyataannya seni merupakan keseimbangan antara pikiran dan cita-cita. Antara intelektual dan nilai-nilai ungkapan jiwa. Membentuk manusia menjadi kreatif dan penuh inisiatif serta pengembangan daya imajinasi-daya fantasi dalam mengemuakan ide- gagasan dalam berkaraya seni.
Seni sebagai refleksi kehidupan manusia. Mampu memberi reaksi pemaknaan dalam melahirkan ide dan gagasan. Mempunyai integritas intelektual yang dibangun dalam wujudkan kreativitas.
Achiat K. Miharja, menambahkan: Seni adalah kegiatan rohani manusia. Refleksi realitet (kenyataan) dalam sebuah karya yang berkat bentuk dan isinya. Mempunyai daya untuk membangkitkan pengalaman tertentu dalam alam rohani sipenerimanya.
Seni merupakan subtansi pengalaman, hadir dari proses kreatif dalam kesadaran. Memilikimketerkaitan sikap dan kondisi masyarakat pendukung serta memiliki kepedulian rasa, kebersamaan.
Aspek kreativitas memiliki kesadaran dalalm memberi kontribusi untuk menyatu dalam realita sebagai satu wilayah totalitas kehidupan manusia.
Penyatuan kedalaman rasa pada hakekatnya sebagai pemaknaan dalam penajaman intuisi yang dibangun melalui empati. Rasa kepedulian dan sikap menghargai atas bentuk keragaman dan keperbedaan. Penajaman rasa, diasah dengan kesadaran sensitivitas atas kepekaan terhadap lingkungan sebagai sublime penjabaran dari proses empati.
Pendidikan hakekatanya sebagai peningkatan kecerdasan dalam meningkatkan kualitas kehidupan yang berorientasi pada kemampuan rasio dalam penalaran ilmu pengetahuan. Seni refleksi kehidupan mansia dalam pemaknaan rasa yang diaplikasikan melalui media ungkapan sebagai aktivitas kegiatan rohani manusia.
Seni sebagai kebutuhan hidup manusia, secara sadar atau tidak erat dengan kehidupan seni sebagai kebutuhan individu. Menyangkut ekspresi, kebutuhan-kebutuhan sosial untuk kepentingan komunikasi, perayaan– upacara ritual. Kebutuhan fisik menyangkut benda, barang, bangunan yang bermanfaat.
Dalam manifestasinaa dijabarkan dalam wujud bentuk simbolik dan imajinasi. Guna menawarkan siratan ide dan gagasan serta penajaman rasa – intuisi. Bermuara pada kepedulian dan kepekaan dalam lingkungan dan wawasan kehidupan.
Seni merupakan kristalisasi dalam proses kreativitas yang berorientasi pada nilai rasa. Ketajaman intuisi, imanjinasi yang berintraktif dalam batin. Keberadaan karya seni melibatkan berbagai faktor sebagai intraksi terhadap aspek kondisi lingkungan. Mengarah pada kepekaan rasa dalam kontemplasi yang manunggal rasa terhadap peristiwa. Kejadian aktual dan kontektual dapat dijadikan sumber inspirasi dalam penciptaan karya seni.
Perubahan psiko cultural masyarakat yang menimbulkan pergeseran nilai, pola pikir, perilaku. Dibentengi dengan kekuatan environment (sebagai kekuatan yang khas) dalam mengembangkan pradigma-pradigma baru. Idealisme dari perkembangan kehidupan dengan penyegaran baru. Seni dan kehidupan manusia merupakan bentuk vitalisasai konseptual yang memiliki potensi dan sikap dalam nilai keuniversalannya.
Membentuk spirit bagi pembentuk, karatekristik manusia dalam mengasah kepekaan rasa, intuisi, empati dan kemanusian (kini manusia mulai kehilangan nilai rasa). Menambah rasa kebangsaan, kepedulian terhadap nilai-nilai seni budaya sebagai kekuatan dan lingkungan dimana masyarakat itu ada dan berada. Bahkan setiap manifestasi seni senantiasa berada dalam perubahan, perubahan yang menuju kepada keteraturan baru. ***
Sumber : Amran Ekoprawoto https://analisadaily.com