Menanti Kehadiran “Pameran Seni Rupa & Halal Bihalal HIPSIK”

Loading

MENANTI KEHADIRAN
“PAMERAN SENI RUPA & HALAL BIHALAL HIPSIK”
(Himpunan Perupa Tasikmalaya/HIPSIK Tahun 2024)

“Pameran Seni Rupa dan Halalbihalal Hipsik” yang akan digelar oleh Himpunan Perupa Tasikmalaya (HIPSIK) pada tanggal 13 s.d 18 Mei 2024 di Gedung Creative Center Kota Tasikmalaya, merupakan salah satu kegiatan positif dan produktif dalam rangka mengembangkan kreativitas, bakat, minat dan potensi para perupa Tasikmalaya. Selain itu, kegiatan tersebut, diharapkan dapat meningkatkan komunikasi dan kerjasama seluruh peserta, sehingga kehadirannya dapat berguna bagi peningkatan kualitas para perupa secara keseluruhan.

Sebagai salah satu wahana untuk meningkatkan silaturahmi dan kreativitas seniman Tasikmalaya, “Pameran Seni Rupa dan Halal Bihalal Hipsik”, pada awalnya merupakan pengewajantahan kebutuhan manusia agar “tetap hidup”. Di dalamnya tersirat adanya upaya perjuangan manusia. Perjuangan untuk mencari, menemukan dan mengasilkan “karya” yang berguna bagi pemenuhan kebutuhan “estetis dan rohani” manusia. Oleh karenanya “Pameran Seni Rupa dan Halalbihalal Hipsik” bukanlah sebuah benda mati, melainkan sebuah kerja, sebuah upaya strategis, sebuah perjuangan. Pengejawantahan dari kebutuhan manusia, yang di dalamnya tidak hanya terikat pada norma, adat istiadat, tradisi, kaidah dan benda-benda yang bernilai kultural saja, tetapi lebih dari itu, di dalam “Pameran Seni Rupa dan Halal Bihalal Hipsik” dibutuhkan proses penerimaan, penerusan, penilaian, bahkan “reform” terhadap berbagai hal yang “telah” ada menjadi sesuatu yang lebih baru dan bermakna bagi kehidupan manusia khususnya para perupa secara keseluruhan.

Inti dan hakekat kegiatan “Pameran Seni Rupa dan Halal bihalal Hipsik, hampir selalu merupakan refleksi langsung (kebutuhan) dan potensi rohaniah manusia, baik secara individual maupun kelompok, yang di dalamnya sering terkandung dimensi lalu, Kini dan esok. Artinya, di dalam “Pameran Seni Rupa dan Halal Bihalal Hipsik”, selalu meniscayakan terbukanya ruang kreativitas dan “kebaruan” dalam mengekspresikan ide dan gagasan seseorang dalam kehidupannya. Dengan terbukanya ruang kreativitas yang dimaksud, pada akhirnya akan mendorong seseorang khususnya para perupa, untuk lebih mengetahui, memahami dan merasakan berbagai hal yang erat hubungannya dengan peningkatan kualitas hidup dan kehidupannya.

Oleh karenanya, kehadiran “Pameran Seni Rupa dan Halal Bihalal Hipsik, tidak hanya berfungsi untuk mengkoordinasikan dan mewadahi kegiatan perupa dalam berkarya saja, tetapi lebih dari itu, kegiatan “Pameran Seni Rupa dan Halalbihalal Hipsik” dapat dijadikan media untuk proses “pembelajaran”. Dalam proses ini, kehadiran “Pameran Seni Rupa dan Halalbihalal Hipsik”, tentunya akan bersentuhan dengan cara merasa, berpikir, bersikap dan bertindak manusia, baik dalam dataran realitas individual maupun realitas sosio-kultural, karena hakekatnya ia merupakan,
pada awalnya, hasil penafsiran dan penilaian kehidupan yang dilakukan oleh masyarakat/komunitas penciptanya.

Mengenai kegiatan di atas, Yusa Widiana salah seorang panitia pameran menyampaikan bahwa kegiatan “Pameran Seni Rupa dan Halalbihalal Hipsik, merupakan wahana untuk meningkatkan silaturahmi dan komunikasi diantara seniman, juga sebagai media untuk mengekspresikan potensi dan kreativitas seniman dalam bidang seni rupa. Dalam hal ini, potensi dan kreativitas yang dimaksud, yaitu potensi untuk mengeksplorasi dan mengaplikasikan materi serta gagasan seni ke dalam sebuah karya dengan kreativitasnya masing-masing. Dengan kemampuannya itu, maka diharapkan kegiatan “Pameran Seni Rupa dan Halalbihalal Hipsik kali ini, dapat menampilkan karya seni rupa dengan berbagai medium, teknik, ide dan interpretasi pribadi dalam menggambarkan realitas yang dipilih untuk divisualisasikan. Dalam persfektif ini, tentunya ada diversifikasi dan intensifikasi dalam mengeksplorasi dan mengaplikasi materi dan gagasan seni yang dilakukan oleh seniman dalam mewujudkan gagasan-gagasan kreatifnya dalam berkarya.

Untuk kegiatan “Pameran Seni Rupa dan Halalbihalal Hipsik”, peserta yang akan terlibat diantaranya; Anang Rusmana, Ligar Balebat, Tono haryono, Yaman, Afrudin, Trina Puspasari, Fitri Mayasari (Triya), Herman PG, Deni Ridwan, Jamal Mural, Aulia Dewi, Asep Enka, Asep Wawan, Andi Ramdani, Hanina Handayani, Bilqis Naluda, Nans Fine Art, Hj. Rukmini Yusuf Afandi, Alexandreia Wibawa, Ramdan Firdaus, Piyan Sopian, Fathan Ibrahim, Lukheylu L Alfina, Aidan Syam Gustira, Nazli Naili R, Athilasyah Al Fatah, Sheika Al Khansa, Hanifah Salimah, Yusa Widiana, Agam M Husen, Wildan M Ardian, Dida Rusdi, Oyok Jafarulloh, Muhamad Kun Hafidz, Calya Natha Azalia, Zulfa Qinara, N Niswar Assidqi, Jajang Kawentar, Ade Darlin, Noura Shanum Setiabudi, Adil Dahlan, Hala S, Melia Zalfa N A, Rendra Santana, Emi Maryani, M Adli Syaban, M Farras Meidiawan, Loeky Lukita, Eri Aksa, Ucu Sunarya.

Agenda Pameran di ata pada akhirnya akan memperlihatkan adanya kesempatan untuk meningkatkan silaturahmi dan kreativitas para seniman yang akan berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Dalam hal ini, karya seni rupa yang dihasilkan seniman tidak hanya bersinggungan dengan masalah medium atau unsur seni saja, tetapi lebih dari itu, dalam karya seni yang dihasilkannya, terdapat suatu rangkaian proses dan hubungan yang tak terpisahkan antara proses penciptaan karya seni dengan realitas yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Pada proses penciptaan karya tersebut, munculnya motivasi/dorongan, inspirasi dan kemampuan dalam memvisualisasikan ide yang diharapkan, merupakan faktor dominan untuk menumbuhkan kesadaran seseorang dalam mewujudkan gagasan dan curahan ekspresinya ke dalam sebuah karya.

Selain itu, kehadiran karya seni rupa, merupakan hasil dari kesadaran estetik seniman dalam mengembangkan interpretasi pribadinya yang dilakukan berdasarkan pandangan seniman terhadap kehidupan. Dalam kondisi ini, kehadiran karya seni rupa tidak hanya berfungsi untuk pemenuhan kebutuhan estetik manusia saja, tetapi lebih dari itu, karya seni rupa diharapkan mampu membuka ruang bagi berkembangnya pandangan, aspirasi, kebutuhan, gagasan-gagasan baru dalam mensikapi kehidupan, yang dengan sendirinya akan berpengaruh pula terhadap berkembangnya sebuah kebudayaan baru dalam kehidupan masyarakat.

Kesadaran untuk menjadikan karya seni rupa sebagai salah satu “media strategis” untuk menumbuhkan kesadaran bersama dalam mensikapi hidup dan kehidupan, merupakan modal besar bagi terwujudnya harapan seniman dalam membentuk sikap dan tradisi berkesenian menjadi lebih baik lagi. Dengan adanya sikap positif tersebut, tugas seorang seniman berikutnya, tidak hanya berhenti pada tataran ide saja, tetapi terus berupaya untuk mengadakan eksperimentasi dan eksplorasi dalam upaya menyatukan perasaan, wawasan dan teknik penciptaan karyanya.

Dalam proses berikutnya, berkarya seni rupa pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari adanya potensi dan kreativitas seseorang dalam berkarya. Dalam hal ini, potensi dan kreativitas yang dimaksud yaitu adanya kemampuan untuk menemukan, membuat, merancang ulang, serta memadukan hal atau gagasan baru maupun lama menjadi kombinasi baru. Oleh karenanya, kehadiran kreativitas dalam berkarya seni rupa, harus terus dibina dan dikembangkan menjadi lebih baik lagi. Kehadiran kreativitas dalam berkarya seni rupa, diharapkan akan ikut mendorong dan meningkatkan kemampuan seseorang dalam berkarya. Oleh karenanya, dalam proses ini dibutuhkan kemampuan dan kemauan seseorang untuk menggali ide dan gagasan kreatifnya menjadi lebih banyak lagi. Melalui seni rupa, seseorang mendapat kesempatan untuk mencurahkan segala hal yang ada dalam pikiran dan perasannya selama ini. Ia pun mendapatkan ruang kreatif untuk membuat dan mencipta karya seni rupa baru atau mengarah pada konteks kebaruan sesuai dengan ‘bentuk ekspresi’ yang dipilihnya.

Untuk selanjutnya, seorang seniman berusaha untuk mengkomunikasikan hasil kreativitasnya kepada masyarakat dengan berbagai cara. Dalam hal ini, seniman memiliki kebebasan untuk mengembangkan interpretasi pribadi dan menggambarkan realitas yang dipilih ke dalam karya. Dengan kondisi tersebut, maka seorang seniman mempunyai ruang untuk mengembangkan interpretasi pribadinya dalam merespon fenomena yang berkembang dalam kehidupan masyarakat ke dalam sebuah karya setelah terlebih dahulu melewati transformasi kreatif.***

 

 

Piyan Sopian
Guru Seni Budaya SMAN 1 Jatiwaras Kabupaten Tasikmalaya,
Anggota Himpunan Perupa Tasikmalaya (HIPSIK)
dan Galery baraya Seni Rupa Indonesia (GBSRI).