TENTANG GBSRI

GBSRI singkatan dari Galeri Baraya Seni Rupa Indonesia merupakan Media secara Online dan Offline tempat berkumpulnya Perupa Nusantara beserta Karyanya dalam sebuah kegiatan komunikasi visual dalam Media Informasi dan Komunikasi untuk memberikan ruang apresiasi antara Perupa dengan Masyarakat.  GBSRI Berkomitmen memajukan kesenirupaan di Indonesia untuk tetap eksis dan berkembang dengan karya-karyanya. GBSRI Memiliki Sinergitas yang sama dengan Visi Pesona Indonesia yaitu Menjadi perwakilan dari perupa untuk memperkenalkan seni, budaya dan wisata terbaik dan melayani dengan skala terbaik, tentang wisata Indonesia serta independen yang obyektif dan profesional, bekerja sesuai standar pelayanan dan kode etik serta berkontribusi dalam memasarkan dan meningkatkan daya tarik Wisata Nasional maupun Internasional.

Berbagai kegiatan yang melibatkan perupa Indonesia beserta karya-karyanya, kami menampilkan banyak materi kesenirupaan sehingga nantinya bisa dipergunakan sebagai bahan referensi pendidikan senirupa di Indonesia. Kami akan berusaha untuk memberikan sesuatu yang terbaik dibidang seni rupa buat negara ini, harapan dan cita kami mengukir prestasi.

Usaha dan strategi yang akan dilaksanakan oleh Galeri Baraya Seni Rupa Indonesia (GBSRI) diantaranya ;

Pertama, memantapkan konsolidasi organisasi dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan peran Galeri Baraya Seni Rupa Indonesia (GBSRI) sebagai forum komunikasi seniman dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang positif dan produktif dalam rangka meningkatkan kualitas, eksistensi dan kesejahteraan hidup para seniman. 

Kedua, memiliki pusat dokumentasi (data base) yang menyediakan informasi dan melakukan kegiatan pendokumentasian perupa Indonesia dan karya-karya seni yang dihasilkannya.                

Ketiga, Mengadakan berbagai pameran seni rupa baik di dalam maupun luar negeri. Dalam hal ini, Galeri Baraya Seni Rupa Indonesia (GBSRI) mendukung para perupa yang memiliki kualitas dan visi yang baru untuk mengaktualisasikan ide dan gagasan kreatifnya lewat karyaseni. 

Keempat, menyediakan informasi/materi tentang senirupa, yang diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan referensi untuk pembelajaran masyarakat. 

Kelima, mengakselarasikan ide/gagasan melalui program kegiatan yang berkesinambungan dengan pemerintah dalam upaya meningkatkan kualitas hidup masyarakat, sesuai dengan basis keilmuan dan profesionalisme yang dimilikinya. Salah satunya berusaha untuk mengintegrasikan bidang seni, budaya dan pariwisata sebagai sumber inspirasi dalam berkarya/berpameran para perupa Indonesia. 

Keenam, menggalang, mengembangkan dan memantapkan kemampuan sosial ekonomi perupa, guna terciptanya pertumbuhan dan pengembangan ekonomi nasional yang cepat dan mantap demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 

Ketujuh, membangun kemitraan dengan pemerintah, lembaga swadaya masyarakat dan lembaga profesi agar pelaksanaan program terkoordinasi secara terpadu, sehingga terlaksana dengan baik. Upaya itu dilakukan mengingat keterbatasan SumberDaya yang dimiliki pengurus Galeri Baraya Seni Rupa Indonesia (GBSRI).

                Untuk mewujudkan usaha dan strategi tersebut, maka Galeri Baraya Seni Rupa Indonesia (GBSRI) harus siap “berpikir dan siap mental”, merapihkan manajemen dan sistematika kerja organisasi, melengkapi berbagai infrastruktur, menyediakan perangkat kerja organisasi, serta menggali dan membaca sudut-sudut wacana supaya bisa disikapi oleh perupa lewat karya yang dihasilkannya. Selainitu, hal lain yang harus dihadapi Galeri Baraya Seni Rupa Indonesia (GBSRI) yaitu  masih belum tumbuhnya iklim yang kondusif bagi makna dinamika intelektual, bahkan makin niscaya, fenomena instan individu syndrome (budaya serba ingin cepat), dimana cenderung mengabaikan persoalan kualitas.  Kalau kita sepakat bahwa persoalannya adalah kultur, maka menjadi kewajiban kita, atau siapapun untuk mendobrak kondisi yang demikian, sehingga memunculkan new culture. Bahwa pembentukan kultur baru diperlukan untuk lebih memungkinkan tumbuhnya tradisi berorganisasi yang tidak paternalistik dan feodal, tetapi egaliter dan penuh semangat objektivitas, dimana tiap individu bisa berkehendak mengaktualkan potensi yang dimiliki sebagai suatu fitrah.***